Jakarta -
Sebanyak 4 perusahaan pelat merah akan membentuk sub holding BUMN baterai EV. Adapun BUMN yang tergabung antara lain MIND ID, PT Antam Tbk, PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero). Proyek utama sub holding tersebut adalah pabrik baterai untuk kendaraan listrik.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan, sub holding itu memang belum terbentuk, namun tengah dipersiapkan.
"Untuk pendirian holding baterai Indonesia saat ini belum terjadi. Dalam artian belum satu PT yang dibentuk. Dan diharapkan awal tahun depan bisa ada kesepakatan dengan calon mitra," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta (Senin 7/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, baik MIND ID maupun Antam terus melanjutkan negosiasi dengan calon investor yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan LG Chem.
"Secara sendiri-sendiri sesuai penugasan yang diberikan oleh Pak Menteri BUMN, Antam melanjutkan dengan CATL, dan Pertamina memimpin negosiasi dengan LG. Tapi secara bersama-sama seluruh tim mendukung pimpinan negosiasi ke calon-calon mitra ini," terang dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Antam Dana Amin menjelaskan, pihaknya sudah mulai memetakan lahan untuk menjamin ketersediaan bahan baku pabrik baterai. Dalam artian, Antam berperan sebagai pemasok bahan baku dalam sub holding baterai.
"Pekerjaan Joint Venture ini memang sudah dimulai dari kepemilikan lahan tambang. Aset ke tambang itu, dipastikan cukup untuk membawa Indonesia ke era baru itu," urai Amin.
Tugas Holding BateraiSub holding baterai ini akan berperan pelaku dalam value chain baterai EV untuk kendaraan listrik. Orias menjelaskan, ke-4 BUMN akan mengantongi saham masing-masing 25% dalam holding. Sehingga, kemungkinan masing-masing BUMN punya peran yang sama besarnya.
"Sama, pertemuan terakhir masing-masing akan 25%. Tentu secara tidak langsung MIND ID akan 50% karena dengan Antam di sana. Tapi ini masih bergerak Pak," kata Orias.
Orias menjelaskan, nantinya Antam akan berperan sebagai pemasok nikel untuk bahan baku pabrik baterai. Di hilir, akan masuk PLN dan Pertamina.
"Kalau Pertamina dan PLN kan mereka lebih ke hilir, itu mereka berperan. Mau nggak mau, karena terkait listrik kan PLN. Kemudian kendaraan untuk power dari Pertamina kan, makanya mereka terlibat," tutur dia.
Ia menerangkan, kolaborasi 4 BUMN ini akan membentuk value chain baterai hingga siap digunakan sebagai bahan bakar kendaraan listrik.
"Di dalam value chain baterai ini baik dari tambang, sampai ke battery pack, dan juga masuk kepada daur ulangnya itu bisa disepakati. Negosiasi berjalan terus dengan masing-masing pihak," papar dia.
Menteri BUMN Erick Thohir sendiri sudah membentuk Tim percepatan baterai EV, yang dipimpin oleh Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahajana Wirakusumah, dan beranggotakan dirut dari Antam, PLN, Pertamina.
Orias menegaskan, ke-4 BUMN sudah menyiapkan segala hal untuk membentuk joint venture holding industri baterai. Harapannya, holding itu bisa terbentuk secepatnya.
"Timing kita yang putuskan, sepakat sih sudah kita ber-4. Tetapi timing-nya kapan? Kan daripada kita bentuk, pekerjaannya toh dikerjakan, negosiasinya kan bisa dipimpin Antam atau Pertamina langsung kan. Jadi kalau sudah jadi barangnya, baru holding-nya jadi. Supaya kita nggak buang biaya untuk direksi, komisaris, dan lain-lain," tutup Orias.