Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah menargetkan akan berhenti melakukan impor BBM dan gas LPG per tahun 2030. Hal ini disebut sudah masuk dalam rencana strategis energi nasional.
Rencana tersebut baru saja dipaparkan dirinya dan Dewan Energi Nasional (DEN) ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat paripurna siang ini.
Pada sesi strategi energi nasional, Arifin mengatakan pihaknya menyampaikan beberapa isu terkait dengan meningkatnya permintaan energi jangka panjang, di sisi lain ada masalah pada terbatasnya pasokan sumber daya dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian masih adanya impor BBM dan LPG, yang mana dalam strategi energi nasional, pada tahun 2030 kita tidak lagi impor BBM. Lalu, diupayakan juga tidak lagi impor LPG," ungkap Arifin dalam konferensi pers virtual via YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: RI Masih Impor BBM, Ini Rinciannya |
Dia juga bicara mengenai pembangunan infrastruktur energi, khususnya penyediaan listrik ke daerah terpencil untuk mendukung rasio elektrifikasi 100% ke seluruh Indonesia. Selain itu, program BBM satu harga juga akan diperluas ke daerah terpencil lainnya.
"Kita ingin capai 100% elektrifikasi, diharapkan semua daerah mendapatkan dukungan pasokan listrik. Demikian juga BBM, dengan program BBM satu harga harus bisa dinikmati masyarakat ke depannya," ujar Arifin.
Jokowi, kata Arifin, meminta agar pembangunan energi diarahkan menuju green economy atau pembangunan yang berbasis lingkungan. Untuk menjalankan hal ini pihaknya akan melakukan percepatan penggunaan energi baru terbarukan pada bauran energi nasional.
"Di 2035 kita upayakan bauran energi terbarukan meningkat sampai 38 ribu megawatt," ujar Arifin.
Selain itu pemerintah akan menggenjot penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengurangi emisi. Targetnya, akan ada 38 ribu megawatt listrik yang dihasilkan sumber daya energi baru terbarukan di tahun 2035.
"Di 2035 kita upayakan bauran EBT meningkat sampai 38 ribu megawatt. Di mana backbone-nya akan kita harapkan dari pembangkit listrik tenaga surya yang dalam perkembangannya dari hari ke hari makin ekonomis," ucapnya.
Sampai sekarang, menurutnya penggunaan EBT untuk kebutuhan listrik di Indonesia baru mencapai 10.500 megawatt atau setara dengan 10,5 gigawatt. Rencananya, akan ditingkatkan bertahap di tahun 2025 hingga mencapai 24 ribu megawatt.
"Saat ini pemanfaatan energi terbarukan kita baru capai 10,5 gigawatt. Ini diharapkan meningkat 2025, sesuai target capaian 23% menjadi 24 ribu megawatt," tutupnya.
(das/das)