Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang terbesar di Asia Tenggara yang ada Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) terus menunjukkan progres signifikan.
Cerobong asap dari PLTU yang membumbung tinggi dan alat berat crank terlihat dari jalan raya Lintas Sumatera bagian Barat yang menandakan proses pembangunan. Sementara saat masuk ke kawasan ini, terlihat lalu lalang pekerja konstruksi hingga hilir mudik mobil-mobil besar pengangkut bahan dan alat konstruksi.
Bunyi alat-alat pembangunan terdengar saling menimpali seolah pembangunan terus berjalan bahkan hingga di malam hari. Saat memasuki kawasan ini, tim Jelajah Tambang detikcom diperiksa dulu di bagian depan dan diwajibkan untuk memakai alat K3 seperti helm, rompi, dan sepatu.
Saat memasuki area pembangunan terlihat beberapa gedung hingga jalan yang masih dibangun. Progres pembangunan PLTU ini per Juli 2021 sudah mencapai 88,15%. Bahkan baru-baru ini, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suryo Eko Hadianto dalam rilis resminya memperbarui bahwa progres PLTU Sumsel 8 tersebut per Agustus 2021 sudah mencapai 90%.
PLTU ini masuk dalam program 35 ribu MW yang dicanangkan pemerintah Indonesia. PLTU berkapasitas 2 x 620 MW ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Nilai investasinya mencapai US$ 1,68 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Senior Manager HBAP Jhony Bloner Samosir mengungkapkan pihaknya sebagai Independent Power Producer (IPP) optimistis dapat memenuhi target pengoperasian komersial atau Commercial Operation Date (COD) dari Power Purchase Agreement (PPA) yang sudah disepakati pada Maret 2022.
"Saat ini kami sudah melakukan konstruksi 88,15% dan kami siap melaksanakan COD di Maret 2022 tahun depan," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Jhony juga menjelaskan pengoperasian PLTU Sumsel 8 ini nantinya akan memakai teknologi ramah lingkungan yakni super critical. Teknologi ini menghasilkan emisi rendah.
"PLTU ini menggunakan teknologi super criticial sehingga dapat menghasilkan efisiensi sampai 43%. Kami juga menggunakan teknologi FGD sehingga dapat mengurangi emisi sulfur dengan menggunakan limestone atau kapur, kalsium sehingga emisi kita ke udara sangat-sangat bersih, mendekati 0% sulfur. Sehingga dengan teknologi ini hujan asam dapat dihindari," jelas Jhony.
![]() |
PLTU Mulut Tambang Terbesar di Asia Tenggara. Langsung klik halaman berikutnya.
Simak juga Video: Walhi: FABA PLTU Cilacap 26 Ribu Ton per 3 Bulan