Biar Nggak Krisis Energi Kaya Inggris, RI Harus Lakukan Hal Ini

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 29 Sep 2021 14:18 WIB
Krisis BBM Inggris/Foto: AP Photo
Jakarta -

Inggris tengah dilanda krisis energi. Kondisi itu sudah seharusnya menjadi pelajaran penting bagi Indonesia agar tak terjerumus dalam masalah yang sama.

Dalam pemenuhan kebutuhan listrik nasional, Indonesia bisa mengoptimalkan pembangkit listrik bertenaga batu bara ketimbang memaksakan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang belum siap.

"Kalau kita lihat di Amerika Serikat, EBT hanya 12% di tahun 2020. Kalau Inggris sudah lama pake fosil, mereka sudah 400 tahun pakai batu bara sejak era revolusi industri," kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro dalam keterangannya, Rabu (29/9/2021).

Pekan ini, krisis energi melanda Inggris dan beberapa negara Eropa. Hal ini menyadarkan mereka bahwa tidak bisa serta merta mengandalkan dan bergantung sepenuhnya kepada EBT. Di saat sama, harga gas meroket 250% karena keterbatasan pasokan.

Komaidi yakin sejauh ini batu bara akan tetap menjadi energi yang dominan untuk pembangkit listrik Indonesia. Ia melihat pemerintah akan berpikir realistis untuk menggunakan energi yang termurah.

Ia juga menuturkan, Indonesia perlu berhati-hati menyikapi masalah transisi energi ini. Menurutnya, EBT bisa dikembangkan, tapi jika belum bisa kompetitif, jangan dipaksakan.

Ditambahkannya, sekalipun menggunakan batu bara, PLTU baru saat ini sudah pakai teknologi maju, di antaranya PLTU USC (Ultra Super Critical) yang bisa dihitung biaya produksinya.

"EBT sebagai pelengkap, bukan pengganti. Kalau diibaratkan makanan di meja, EBT itu ibarat sambal, bukan nasinya. Hal ini sejalan dengan yang dituangkan Rencana Umum Energi Nasional di mana 2050 konsumsi fosil masih besar, dan EBT hanya 23% maksimal," ujarnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.




(acd/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork