Pemerintah mengumumkan terus berupaya mengganti penggunaan LPG (Liquified Petroleum Gas) dengan gasifikasi batu bara atau DME (Dimethyl Ether) dalam kebutuhan rumah tangga seperti memasak. Harganya pun disebut akan lebih murah dari LPG.
PT Pertamina (Persero) sebagai salah satu perusahaan yang akan membangun DME mengungkap perihal harga pengganti LPG akan sesuai dengan kebijakan pemerintah.
"Saat ini penentuan harga DME masih dalam tahap kajian yang tentunya akan disesuaikan dengan kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah terkait distribusi DME," kata Corsec Subholding Commercial and Trading Pertamina, Irto Ginting, kepada detikcom, Jumat (12/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bilang DME akan ikut membantu perbaikan neraca dagang Indonesia. Harapannya kedaulatan energi bisa perlahan-lahan didorong.
"Kemudian neraca perdagangan juga bisa kita jaga dan sudah barang tentu ini akan menciptakan lapangan pekerjaan dan nilai tambah," ujarnya, kemarin Kamis dalam konferensi pers virtual (11/11).
Lantas, apa sih itu DME yang akan menjadi pengganti LPG?
Dikutip dari siaran pers PT Bukit Asam sebagai salah satu perusahaan yang menggarap pembuatan DME, mengungkap dimethyl ether (DME) terbentuk dari gasifikasi batu bara.
Pabrik gasifikasi batu bara akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun untuk diproses menjadi 1,4 juta ton dimethyl ether (DME). Produk ini mampu membantu mengurangi impor LPG sebanyak lebih dari 1 juta ton per tahun.
Kemudian, mengutip dari laman Kementerian ESDM, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM Dadan Kusdiana mengungkap DME bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk bahan yang dapat diperbarui.
Antara lain biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM). Namun saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME.
Karakteristik DME disebut memiliki kesamaan baik sifat kimia maupun fisika dengan LPG. Jadi, DME dapat menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung, storage dan handling eksisting. Campuran DME sebesar 20% dan LPG 80% dapat digunakan kompor gas eksisting.
Pemilihan DME untuk substitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20%.
"Kalau LPG per tahun menghasilkan emisi 930 kg CO2, nanti dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kg CO2. Ini nilai-nilai yang sangat baik sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca," urai Dadan.
Kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.
DME merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.
(eds/eds)