Industri petrokimia punya peran yang cukup besar dalam perekonomian dan punya potensi untuk dikembangkan. Maka itu, pemerintah terus mendorong industri petrokimia melalui PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro).
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rionald Silaban menjelaskan, perekonomian Indonesia tertekan karena pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi terkontraksi 2,07%.
Industri Kimia Farmasi Tekstil (IKFT) juga mengalami tekanan. Di tahun 2020, pertumbuhan sektor ini tercatat minus 1,49%. Meski demikian, pada IKFT ini terdapat kelompok industri yang dapat bertahan pada periode pandemi yaitu bahan kimia, obat, dan obat tradisional.
"Kelompok ini mencakup industri petrokimia hulu hingga hilir dan berhasil membukukan tingkat pertumbuhan sebesar 9,39 % pada 2020 dan 9,15% pada triwulan 2 tahun 2021," katanya.
Kinerja yang positif industri petrokimia ini juga tercermin dalam kinerja grup TubanPetro yang bergerak di industri petrokimia hulu dan intermediate. Pendapatan konsolidasi perusahaan mengalami kenaikan 29% sepanjang 2019 hingga 2021 dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,44 triliun. Sedangkan, konsolidasi laba bersih naik menjadi Rp 771 miliar pada 2021 dari sebelumnya Rp 671 miliar pada 2019.
Kenaikan ini terjadi akibat meningkatnya harga jual komoditas yang diproduksi oleh anak usahanya, yaitu produk Polypropilene dari PT Polytama Propindo dan produk 2-Ethyl Hexanol dari PT Petro Oxo Nusantara.
"Selain membukukan kinerja finansial yang positif, selama tahun 2021 ini TubanPetro berhasil melakukan pembayaran dipercepat atas sisa Utang Multi-Years Bond yang tidak dikonversi kepada Kementerian Keuangan sebesar Rp 50 miliar sehingga total pembayaran utang tersebut pada tahun 2021 adalah Rp 66,5 mliliar," jelasnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(acd/dna)