Indonesia sendiri saat ini sedang merencanakan untuk melakukan pensiun dini PLTU berbahan bakar batu bara sebagai langkah transisi energi. Listrik, akan dihasilkan dari energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan begitu energi yang bakal digunakan pabrik-pabrik akan lebih ramah lingkungan.
Lebih lanjut, kerugian bukan cuma diterima kalangan industri bila transisi energi tak dilakukan. Negara juga bisa kena imbasnya. Khususnya pada ketergantungan energi berbahan dasar minyak bumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila belum ada energi pengganti minyak bumi, kemungkinan beban neraca dagang akan makin menjadi. Pasalnya, Indonesia sampai saat ini menjadi importir minyak bumi untuk memenuhi kebutuhannya.
Di sisi lain, penggunaan energi menurut Arifin akan terus bertambah tiap tahun. Artinya, bila Indonesia tak kunjung melakukan transisi energi bisa-bisa beban cadangan devisa Indonesia makin tebal.
"Ke depan dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5% tentu konsumsi akan bertambah. Mungkin 2% di atas laju pertumbuhan ekonomi. Kalau kita tidak optimalkan sumber daya alam kita, maka kita bisa spending banyak devisa kita untuk belanja minyak dan gas," ungkap Arifin.
Untuk mengatasi hal tersebut Indonesia mulai melakukan diversifikasi bahan bakar minyak, yaitu memanfaatkan biofuel dari komoditas kelapa sawit. "Ini bioenergy kita sudah gunakan, dengan B30 ini sawit kita juga bisa terpakai," tuturnya.
Tidak sampai di situ, pemerintah juga mulai getol untuk mengkonversikan mobil dan motor berbahan bakar bensin menjadi tenaga listrik. Persiapan infrastruktur pendukungnya pun terus ditambah.
(hal/dna)