RI Bakal Rugi Banget Kalau Nggak Beralih Energi

RI Bakal Rugi Banget Kalau Nggak Beralih Energi

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 24 Mar 2022 13:38 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif
Foto: Kementerian ESDM
Jakarta -

Indonesia mulai menyusun rencana untuk melakukan transisi energi. Sumber-sumber energi baru terbarukan yang ramah lingkungan mulai dikaji untuk digunakan. Di sisi lain, sumber energi tidak ramah lingkungan disiapkan untuk ditinggalkan.

Bahkan, transisi energi pun jadi bahasan utama di tingkat perkumpulan negara G20. Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan transisi energi adalah masalah penting saat ini, dia bilang akan ada kerugian bila Indonesia tidak melakukannya.

"Transisi ini harus dipersiapkan saat ini. Antara cost dan future value harus diperhatikan," ujar Arifin dalam konferensi pers ETWG G20, Kamis (24/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerugian yang pertama akan bisa dirasakan langsung oleh sektor industri. Arifin menjelaskan saat ini banyak negara di dunia mulai melakukan transisi energi juga. Bahkan, sudah memulai membatasi penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan.

Pembatasan salah satunya dilakukan dengan cara pemberian pajak karbon, bagi sebuah produk yang pembuatannya masih menggunakan energi tidak ramah lingkungan akan membuat produk itu dikenai pajak dan harganya jadi tidak kompetitif.

ADVERTISEMENT

Makanya, bila transisi energi tidak dilakukan dan industri dalam negeri masih menggunakan energi tidak ramah lingkungan maka produknya terancam menjadi tidak kompetitif di dunia internasional karena terkena pajak karbon.

"Kalau kita nggak lakukan transisi, industri kita outputnya bisa kena pajak karbon di luar. Akibatnya apa? Jadi tidak kompetitif," papar Arifin.

Tidak sampai di situ, bila produk tidak kompetitif dan industri kehilangan pembeli maka ada potensi pabriknya bisa tutup. Apalagi bila pabrik itu adalah produk merek luar negeri, bisa saja hengkang dari Indonesia demi mencari negara yang memiliki energi ramah lingkungan untuk menghindari pajak karbon.

"Pabrik juga akhirnya bisa tutup. Atau kalau dia produk luar akan pindahkan pabrik ke luar," ujar Arifin.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Simak Video: Jokowi Bakal Tanya Pembiayaan Netral Karbon di KTT Bali

[Gambas:Video 20detik]



Indonesia sendiri saat ini sedang merencanakan untuk melakukan pensiun dini PLTU berbahan bakar batu bara sebagai langkah transisi energi. Listrik, akan dihasilkan dari energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan begitu energi yang bakal digunakan pabrik-pabrik akan lebih ramah lingkungan.

Lebih lanjut, kerugian bukan cuma diterima kalangan industri bila transisi energi tak dilakukan. Negara juga bisa kena imbasnya. Khususnya pada ketergantungan energi berbahan dasar minyak bumi.

Bila belum ada energi pengganti minyak bumi, kemungkinan beban neraca dagang akan makin menjadi. Pasalnya, Indonesia sampai saat ini menjadi importir minyak bumi untuk memenuhi kebutuhannya.

Di sisi lain, penggunaan energi menurut Arifin akan terus bertambah tiap tahun. Artinya, bila Indonesia tak kunjung melakukan transisi energi bisa-bisa beban cadangan devisa Indonesia makin tebal.

"Ke depan dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5% tentu konsumsi akan bertambah. Mungkin 2% di atas laju pertumbuhan ekonomi. Kalau kita tidak optimalkan sumber daya alam kita, maka kita bisa spending banyak devisa kita untuk belanja minyak dan gas," ungkap Arifin.

Untuk mengatasi hal tersebut Indonesia mulai melakukan diversifikasi bahan bakar minyak, yaitu memanfaatkan biofuel dari komoditas kelapa sawit. "Ini bioenergy kita sudah gunakan, dengan B30 ini sawit kita juga bisa terpakai," tuturnya.

Tidak sampai di situ, pemerintah juga mulai getol untuk mengkonversikan mobil dan motor berbahan bakar bensin menjadi tenaga listrik. Persiapan infrastruktur pendukungnya pun terus ditambah.


Hide Ads