Ekspor Batu Bara Dinilai Bisa Kurangi Defisit Produk Migas

Erika Dyah Fitriani - detikFinance
Jumat, 01 Apr 2022 19:51 WIB
Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Jakarta -

Pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan peningkatan ekspor batu bara dengan memanfaatkan momentum tingginya harga batu bara bisa jadi solusi jangka pendek bagi pemerintah, khususnya dalam menambal kebutuhan dana untuk memenuhi kebutuhan energi dan bahan bakar minyak di dalam negeri.

Ia mengatakan Indonesia sebagai penghasil batu bara terbesar ketiga dunia, sejatinya bisa merasakan dampak positif dari tingginya harga batu bara ini. Menurutnya, momentum tingginya harga batu bara dunia bisa menambah pendapatan negara untuk menekan besarnya defisit yang harus dibayarkan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak domestik. Sehingga, hal ini berkontribusi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang bergerak di sektor tersebut.

Sebagaimana diketahui, harga batu bara dunia kian meningkat dengan adanya konflik geopolitik di Eropa akibat serangan Rusia terhadap Ukraina. Menilik kondisi ini, Fahmy menilai pemerintah bisa memperbesar angka ekspor batu bara ke pasar Asia, sekaligus mengupayakan perluasan pasar di luar Asia Pasifik.

"Di tengah tingginya harga minyak mentah dunia yang berkontribusi pada tingginya defisit produk migas, maka industri batu bara ini bisa sangat membantu. Momentum ini perlu dimanfaatkan," ujar Fahmy dalam keterangan tertulis, Jumat (1/4/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga minyak mentah dunia telah berkontribusi pada peningkatan defisit neraca perdagangan migas di Februari 2022. BPS melaporkan neraca perdagangan migas Indonesia kembali defisit sebesar US$1,91 miliar pada Februari 2022.

Angka tersebut meningkat 43,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/m-to-m) serta melonjak 329,9% dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya (year on year/YoY). Sehingga bisa dikatakan neraca perdagangan migas Indonesia selalu mengalami defisit dalam 7 tahun terakhir.

"Saat ini diketahui industri batu bara berkontribusi pada peningkatan devisa dari ekspor, PNBP, termasuk juga meningkatkan pendapatan dari perusahaan yang pada akhirnya ikut mengerek perekonomian masyarakat dan tenaga kerja yang bergantung pada sektor minerba, khususnya batu bara. Apalagi saat ini harganya tengah meroket akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina," papar Fahmy.

Ia menambahkan upaya pemerintah memanfaatkan momentum tingginya harga batu bara melalui ekspor dengan volume lebih besar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Kalau penghasilan negara dari batu bara dan komoditi lain meningkat, negara tentunya punya dana cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan," tuturnya.

Secara umum, lanjutnya, peningkatan produksi di tengah tingginya harga akan meningkatkan royalti yang diterima oleh pemerintah daerah. Dana dari royalti ini, papar Fahmy, bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur daerah seperti pengaspalan jalan dan pembangunan jembatan yang pada ujungnya bisa membantu akselerasi aktivitas ekonomi publik, khususnya di daerah terkait. Salah satunya juga bisa digunakan untuk membangun kantor pelayanan publik.

Pendapatan dari royalti batu bara juga bisa dijadikan substitusi pendapatan yang belum tumbuh maksimal di tengah pandemi akibat penerapan pembatasan aktivitas publik. Bagi sebuah daerah yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pertambangan, peningkatan produksi batu bara juga bisa berimplikasi pada peningkatan pendapatan per kapita di daerah tersebut.

"Tingginya ekspor batu bara, maka akan ada implikasi positif berupa peningkatan pendapatan per kapita," sambung Fahmy.

Ia menjelaskan peningkatan kegiatan pertambangan batu bara serta ekspor juga akan berdampak pada kegiatan ekonomi lainnya. Mulai dari sektor perdagangan dan jasa transportasi yang menjadi sektor ekonomi pendukung industri batu bara.

Dampak Tingginya Harga Batu Bara ke CSR Perusahaan >>>




(prf/hns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork