Lagi Booming Harga Komoditas, Freeport Cuan Berapa?

Lagi Booming Harga Komoditas, Freeport Cuan Berapa?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 10 Mei 2022 17:16 WIB
PT Freeport Indonesia
Foto: dok. PTFI
Jakarta -

Perang antara Rusia dan Ukraina telah berdampak pada ekonomi hingga peta geopolitik di dunia. Termasuk harga tembaga juga disebut terpengaruh dari kejadian tersebut.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan hampir seluruh pengusaha di dunia mengkhawatirkan bagaimana perang Rusia dan Ukraina mengganggu produksi tembaga di dunia. Meski harga komoditas naik, namun biaya produksi untuk komoditas tersebut juga ikut meningkat.

"Katakanlah harga komoditas naik, harga komoditas minyak naik, batubara juga naik dan itu kan cost buat kami. Kita kan menggunakan bahan bakar itu. Jadi tentu saja harga besi naik, kebutuhan kita juga tinggi. Untuk yang bawah tanah ada lapisan untuk penyangga tambang bawah tanah itu kan membutuhkan besi cukup banyak juga," katanya saat wawancara bersama detiknetwork beberapa waktu lalu, dikutip Selasa (10/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengatasi tingginya biaya produksi, Tony mengatakan pihaknya melakukan antisipasi kenaikan harga ke depannya.

"Yang kami lakukan adalah mendefisit atau menaikkan cost modeling yang barulah, inventory system dan cost modeling supaya mengantisipasi kenaikan harga ke depannya. Tentu saja hasilnya akan lebih banyak, costnya saja akan tinggi," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Meski saat ini pengusaha khawatir akan pengaruh perang Rusia dan Ukraina terhadap pertambangan, kenaikan harga tembaga saat ini sebetulnya bukan dari perang tersebut. Sebelumnya, kenaikan harga diungkapkan sudah terjadi.

"Naiknya itu berbarengan dengan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang terus meningkat Indonesia salah satunya tahun lalu. Beberapa negara lain China juga sudah positif buat ekonominya beberapa waktu lalu, bahkan dari tahun 2020 semester kedua dia positif lagi," tuturnya.

Rusia sendiri memang merupakan salah satu produsen dan pemasok tembaga. Posisinya sama seperti Indonesia di urutan antara ke 8 atau 10 di dunia.

"Jika dikaitkan dengan apakah dengan adanya krisis Rusia-Ukraina membuat harga menambah bertambah tinggi lagi? Mungkin saja, karena kan Rusia juga termasuk pemasok, produsen kalau tembaga Indonesia dan Rusia sama. Dia sekitar 700 ribu ton-800 ribu ton," ujarnya.

Namun, Rusia bukan satu-satunya pemain utama di produksi tembaga. Masih ada Chili, Peru, ada Amerika, dan China. "Jadi sebenarnya Rusia bukan pemain utama di tembaga tetap saja ada pengaruhnya," katanya.

Tony Wenas mengatakan hasil kinerja PTFI sendiri sepanjang kuartal I-2022 sesuai target dan perkiraan.

"Semua produksi sesuai dengan forecasts, kita produksi tembaga sedikit di bawah forecasts, produksi emas di atas forecasts dari segi harga tentu lebih baik dari kuartal sebelumnya. Sehingga kinerja keuangan maupun produksi pertumbuhannya agak naik," katanya.

"Dibandingkan dengan kenaikan harga tembaga tentu saja akan lebih baik posisinya akan lebih baik lagi," lanjutnya.

Meski harga komoditas tambang tengah tinggi, produksi tidak bisa dipaksa meningkat begitu saja. Tony menjelaskan, untuk tambang biasanya telah diatur untuk jangka panjang.

"Kita sudah kita atur sedemikian rupa sampai 2041. Jadi, 'oh harga lagi tinggi kita produksi lebih banyak', nggak bisa juga seperti itu. Karena tambang bawah tanah kita itu sistemnya block caving jadi diambilnya memang dari bagian bawah nanti akan runtuh sehingga memang sudah seperti itu," jelasnya.

Tony menargetkan tahun ini kapasitas produksi tambang bawah tanah Freeport bisa mencapai kapasitas 100%. Untuk total produksi tembaga bisa mencapai 1,6 miliar pound dan 1,6 juta pounds emas.

"Dan untuk tahun depan ada sedikit peningkatan lagi tetapi kira kira sudah segitu lah," katanya.

Kemudian, untuk rencana produksi per harinya ditargetkan bisa menghasilkan 200 ribu ton bijih tambang per hari. Sementara untuk tahun depan bisa mencapai 230 ribu ton bijih tambang

Meski produksi bertambang, Ia mengungkap tidak selalu sejalan dengan peningkatan pendapatan. Tony menjelaskan, khusus untuk pertambangan tergantung pada kadar dan juga harga.

"Jadi belum tentu kita produksinya bijinya lebih tinggi dan terus kemudian incomenya pasti lebih tinggi. Kalau menyentuh kadarnya lebih rendah dan harganya turun kita kan tidak bisa menentukan harga," ungkapnya.

"Kalau kuartal I ada peningkatan yang lumayan karena ada peningkatan harga dan kadarnya bagus," jelasnya.


Hide Ads