Revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) I proyek LNG Abadi Blok Masela telah disetujui. Persetujuan itu dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif per 28 November 2023.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. PoD ini diajukan Inpex Masela Ltd bersama dengan Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Masela & Petronas Masela Sdn.
"Revisi PoD kedua sudah disetujui Menteri ESDM 28 November lalu," katanya, di Senayan, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Salah satu poin bahasan yang tercantum dalam revisi tersebut ialah rencana pemasangan fasilitas tangkap karbon atau carbon capture and storage (CCS) hingga target operasi pada 2029 mendatang. Selain itu, dibahas pula tentang tambahan biaya investasi sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,5 triliun (kurs Rp 15.500) dari perkiraan investasi awal sebesar US$ 19,8 miliar.
"Inpex mengajukan mengenai penambahan investasi di CCS. Terus dari sisi kita, kita harus melakukan evaluasi dengan penambahan investasi itu bagaimana kita menjaga keekonomian projek itu sekaligus menjaga penerimaan negara," jelasnya, ditemui usai rapat.
"Dan itu kita diskusi mengenai investasi apa yang bisa ditekan dan sebagainya dan saya rasa itu sudah disetujui ya," tambahnya.
Lebih lanjut Dwi menambahkan, revisi PoD tersebut akan ditindaklanjuti dengan kemudian akan disesuaikan dengan Production Sharing Contract Agreement (PSC). Pihaknya juga akan meninjau kembali isi dari PSC apakah perlu ada yang direvisi atau tidak.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro mengatakan, setelah penandatanganan sale purchase agreement (SPA), revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) harus segera diajukan. Sejalan dengan itu, perusahaan-perusahaan juga harus segera menyelesaikan perpindahan hak partisipasi.
"Jadi untuk ini sekarang mereka Masela itu masih berproses revisi kedua dari PoD-nya itu sendiri," katanya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023).
"Habis SPA itu ada hal-hal yang masih berproses untuk meresmikan PI-nya (participating interest) itu harus bener-bener pindah 3 perusahaan itu," sambungnya.
Blok Masela ditargetkan produksi paling lambat Desember 2029. Produksi ini mundur lantaran sebelumnya ditargetkan pada 2027. Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, sejak ditinggal Shell pada tahun 2020, pengembangan Blok Masela tidak ada progres.
"Karena sudah lama nggak diisi statusnya kan jadi nggak jelas, kita nggak punya kepastian. Kan tadinya rencana mengalir gasnya kan 2027," katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (4/8).
Hak partisipasi Shell pun kini telah diambil Pertamina dan Petronas. Dengan adanya dua perusahaan diharapkan dapat menutup kesenjangan karena ditinggal Shell. Pemerintah sendiri memiliki target produksi gas di tahun 2030 sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (bscfd). Dia berharap, Blok Masela dapat produksi paling lambat Desember 2029.
(shc/rrd)