PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Power & New Renewable Energy (NRE) menargetkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit II, Sumatera Selatan dapat beroperasi pada April 2025. Proyek tersebut memiliki kapasitas sebesar 55 megawatt (MW).
Direktur Keuangan Pertamina NRE, Nelwin Aldriansyah mengatakan beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit II akan menambah kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia.
"Pertamina NRE saat ini sedang mempersiapkan COD (commercial operation date) dari Lumut Balai Unit II. Ini pembangkit listrik tenaga panas bumi 100% renewable dan memiliki kapasitas 55 MW, insyaAllah akan siap diresmikan di April tahun ini. Ini akan menambah kapasitas EBT kita," kata Nelwin dalam acara 'Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times' di Menara Global, Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Nelwin memastikan pihaknya akan fokus membantu tujuan pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) di 2060, salah satunya dengan meningkatkan kontribusi dari EBT dalam bauran energi nasional.
Baca juga: Bahlil Lantik Dirjen Migas Baru! |
"Programnya sudah ada dan dukungan dari pemerintah, Kementerian ESDM juga sangat besar untuk mempercepat pembangunan dan transisi energi fosil yang selama ini banyak kita manfaatkan, menjadi energi terbarukan," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM melaporkan capaian bauran EBT di Indonesia baru mencapai 14,1% hingga 2024. Capaian tersebut masih jauh dari yang ditargetkan 23% di 2025.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan dari capaian tersebut, kapasitas terpasang EBT mencapai 14,1 gigawatt (GW) dari potensi 3.687 GW atau 0,38%.
"Challenge kita adalah merealisasikan apa yang kita planning. Kalau meninjau 10 tahun lalu kan target EBT 23% di 2025 itu kayak angka keramat gitu, tapi kenapa nggak pernah bisa tercapai? Itu yang menjadi acuan kita saat ini untuk masuk ke 2025 apa yang perlu difokuskan," kata Eniya dalam acara yang sama.
Eniya juga mengaku heran dari mana perhitungan saat itu dalam menetapkan target bauran EBT 23% di 2025. Untuk itu, saat ini aturannya disebut sedang dalam revisi berdasarkan tinjauan ulang Presiden Prabowo Subianto.
"Ini memang masih jauh dari target tadi 23%. Terus kita balik tanya dulu menetapkan 23% hitungan mana sih? Kita pun bertanya begitu. Upaya penetapan capaian EBT ini akhirnya kita RPP-kan," tutur Eniya.
(kil/kil)