Rakerda Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jawa Tengah akhirnya kembali diselenggarakan Rabu (8/12) di MG Setos, Semarang. Rapat dengan tema 'Peningkatan Sinergi Pengembang dengan Stakeholder Perumahan Dalam Memenuhi Kebutuhan Rumah yang Berkualitas untuk Masyarakat' ini dihadiri oleh DPD Himperra dari daerah lain dan para pengembang membahas sejumlah program pembangunan sejuta rumah.
Ketua DPD Himperra Jawa Tengah (Jateng) Sugiyatno mengatakan cukup optimistis dengan potensi yang dimiliki oleh Jawa Tengah yang kini telah menjadi primadona industri.
Ia mengungkapkan tren yang tengah berkembang dengan memboyong pabrik atau usaha ke Jawa Tengah dinilai akan memberikan dampak besar terhadap perubahan di daerah tersebut. Sugiyatno juga optimis di tahun 2022 mendatang, tren pembangunan perumahan akan mengalami peningkatan.
"Tahun 2020 memang cukup suram, namun tahun 2021, mulai terlihat peningkatan dan juga mencapai target. Jika ekonomi terus pulih, tahun depan pasti targetnya juga naik," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (9/12/2021).
Menurutnya, peningkatan permintaan perumahan tidak terlepas dari kebutuhan para pekerja dari industri yang pindah ke Jawa Tengah. Selain kebutuhan tempat tinggal meningkat, hal tersebut bisa memberikan dampak positif terhadap perekonomian penduduk setempat.
"Saat ini Jateng menempati urutan ke-3 dalam pertumbuhan pembangunan perumahan. Dengan adanya ini (industri ke Jateng), otomatis kebutuhan rumah meningkat. Dua hingga lima tahun ke depan, Jateng bisa jadi nomor satu," jelasnya.
Menyambut prediksi tren kenaikan kebutuhan rumah khususnya di Jateng, Himperra berkomitmen untuk memenuhi standar rumah subsidi berkualitas sesuai ketetapan pemerintah. Adanya standar kualitas dan juga penetapan batas harga, membuat pengembang kesulitan bergerak.
"Harus berkualitas ini kan artinya dari teknis sampai material harus berkualitas. Spesifikasinya bagaimana sudah ditentukan pemerintah," ungkap Sugiyatno.
Sugiyatno menambahkan, untuk memenuhi pasokan listrik dan inovasi energi, pihaknya juga tidak segan untuk berkolaborasi dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kerja sama ini bisa berupa pembangunan dapur yang lengkap dengan kompor induksi dan peralatannya.
"Kami mengharapkan support PLN tak hanya dari dukungan daya, tapi dari segi invest," kata Sugiyatno.
PLN memberikan daya lebih, sedangkan dari pihak perumahan membangunkan instalasi kompor dan alat masaknya. Hal ini diharapkan mampu mengurangi dana subsidi gas melon yang mencapai 7 triliun per tahun di Indonesia.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
(ncm/ega)