Dua Biang Kerok Ekspor CPO Anjlok

Dua Biang Kerok Ekspor CPO Anjlok

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 25 Feb 2022 17:12 WIB
Pekerja melakukan bongkar muat kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak kelapa sawit Crude palem Oil (CPO) dan kernel di pabrik kelapa sawit Kertajaya, Malingping, Banten, Selasa (19/6). Dalam sehari pabrik tersebut mampu menghasilkan sekitar 160 ton minyak mentah kelapa sawit. File/detikFoto.
Foto: Jhoni Hutapea
Jakarta -

Ekspor Crude palm oil (CPO) anjlok sejak November 2021. Menurut Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman hal itu disebabkan faktor iklim. Namun, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) juga akan mempengaruhi penurunan ekspor ke depannya.

Hanya saja, untuk saat ini kebijakan DMO belum bisa dilihat pengaruhnya terhadap pergerakan ekspor karena masih baru berlaku. Diketahui, melalui kebijakan tersebut maka CPO dan produk turunannya sebesar 20% dari volume ekspor harus dijual ke dalam negeri.

"Yang pertama saya katakan terkait dengan kebijakan pemerintah untuk pengaturan DMO ini tadi kita belum bisa lihat karena ini baru berlaku beberapa waktu yang lalu," katanya dalam webinar pelayanan publik dampak kebijakan DMO dan DPO terhadap ekspor CPO melalui saluran YouTube Ombudsman, Jumat (25/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi yang jelas, menurut Eddy, kebijakan DMO pasti akan berpengaruh terhadap penurunan volume ekspor pasca kebijakan tersebut berlaku.

"Kenapa saya katakan berpengaruh? karena ada kewajiban untuk DMO yang 20% itu tadi. Jadi minimal 20% itu akan mengurangkan volume ekspor yang biasa dilakukan tanpa ada ketentuan itu tadi. Cuma saya belum mendapatkan angka-angka itu tadi seperti apa," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Sementara penurunan ekspor yang terjadi sejak akhir tahun lalu disebabkan karena masalah iklim, yakni El Nino sehingga produksi kelapa sawit menurun.

Penurunan produksi kelapa sawit juga disebabkan kian mahalnya harga pupuk. Hal itu berdampak khususnya terhadap kebun sawit rakyat. Kondisi tersebut membuat hasil produksi mereka tidak optimal.

"Jadi proses pemupukannya itu tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produktivitas daripada kebun-kebunnya. Kita tahu perkebunan sawit rakyat ini 41% daripada total perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jadi 41% dari tanaman hamparan tanaman sawit Indonesia itu adalah perkebunan-perkebunan sawit rakyat," papar Eddy.

Oleh karena itu, apabila pemeliharaan kebun tidak dilakukan dengan bagus akan berdampak terhadap produktivitasnya yang akan menurunkan tingkat produksinya. Ujungnya volume ekspor CPO akan menurun.

Dia menjelaskan pada Oktober 2021, ekspor CPO mencapai 3,330 juta metrik ton, kemudian turun menjadi 1,672 juta metrik ton pada November, dan naik tipis menjadi 1,850 juta metrik ton pada Desember.

"Kemudian Januari turun lagi menjadi 1,608 juta, dan Februari sampai dengan minggu ketiga ini tadi hanya mencapai 1,178 juta metrik ton. Jadi ada suatu kecenderungan penurunan volume ekspor khususnya mulai akhir tahun 2021 sampai dengan bulan Februari 2022," tambahnya.


Hide Ads