Menurut keterbukaan informasi dari situs PT Bursa Efek Indonesia (BEI), ARTI terakhir kali menerbitkan laporan keuangan hingga kuartal III-2017.
Pada periode itu, ARTI mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,23 miliar. Angka itu naik 44,05% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,55 miliar.
Namun pendapatan ARTI justru menurun dari Rp 169,19 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp 162,94 miliar. Meskipun beban pokok pendapatan juga turun dari Rp 89,8 miliar menjadi Rp 81,9 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara total modal atau ekuitas perseroan hanya sekitar Rp 1,7 triliun. Total liabilitas perseroan sebesar Rp 798,7 miliar, itu artinya rasio utang terhadap modalnya atau Debt to Equity Ratio (DER) ARTI 0,459 kali.
Menurut Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee, cukup sulit jika perseroan mengandalkan pinjaman perbankan untuk proyek tersebut. Sebab rata-rata perbankan nasional saja memberikan pinjaman untuk proyek sekitar 3 kali dari total ekuitas. Belum lagi perbankan akan melihat nilai keekonomian dari proyeknya.
Menurut Hans yang paling memungkinkan ARTI mencari strategic partner untuk menggarap proyek tersebut seperti membentuk perusahaan patungan. Dengan begitu akan keuangan perseroan tidak begitu terpengaruh.
Sementara Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memandang pelaku pasar masih belum menanggapi positif sentimen tersebut. Hal itu terbukti dari saham ARTI yang masih berada di level terendah Rp 50 alias gocap.
"Para pelaku pasar lebih mencermati kinerja fundamental perusahaan," tuturnya.
Salah satu yang biasa yang dicermati pelaku pasar adalah rasio harga saham terhadap pendapatan alias Price Earning Ratio (PER). Menurut perhitungan Nafan saham ARTI saat ini memiliki valuasi PER yang sangat tinggi yakni 129,31 kali, padahal harga sahamnya hanya Rp 50.