Strategi Menghilangkan Jeratan 'Proyek Abadi' di Pantura

Strategi Menghilangkan Jeratan 'Proyek Abadi' di Pantura

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 13 Mar 2018 08:15 WIB
Strategi Menghilangkan Jeratan Proyek Abadi di Pantura
Foto: Wikha Setiawan/detikcom

Kementerian PUPR berupaya mendorong truk-truk supaya masuk jalan tol. Namun, hal itu mengalami kendala.

Menurut Arie, sopir truk tetap memilih Pantura karena bagi sopir truk yang dibutuhkan ialah jalan yang datar.

"Problemnya gini, dulu perkiraan kita kan 60% truk itu akan masuk tol setelah Cipali jadi, ternyata nggak, tetap. Kita pelajari tadi kenapa, karena truk ini nggak perlu cepat dan jalannya kan datar," kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, pola operasi truk relatif pendek. Misalnya, truk mengangkut barang dari Jakarta kemudian menurunkan muatan di Cirebon. Kemudian, di Cirebon mereka mengambil muatan lagi dan menurunkannya di Tegal. "Sehingga dia tetap di jalanan nasional," sambungnya.

Selain itu, para sopir juga mudah beristirahat di jalan nasional daripada di tol. Di tol, mereka mesti sampai ke tempat istirahat (rest area) untuk istirahat.

"Berbeda kondisinya katakanlah Purbaleunyi, hampir semua masuk tol karena jalan nasional tanjakannya tinggi-tinggi dan tikungannya tajam-tajam, dia nggak bisa overload di situ sehingga lewat Purbaleunyi kan enak, tanjakannya lebih landai, lurus-lurus," jelasnya.

Tak hanya menyiapkan alternatif jalan, Kementerian PUPR bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali mengoptimalkan jembatan timbang. Jembatan timbang digunakan untuk memonitor truk yang kelebihan muatan.

"Makanya kita kerjasama dengan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat kita mengaktifkan lagi jembatan timbang. Di mana jembatan timbang dulu dibilangnya itu adalah sumber pungli, kita sekarang Dirjen Perhubungan Darat meng-hire profesional dari Sucofindo dan Surveyor Indonesia," jelas Arie.

Hide Ads