Jakarta -
Kecelakaan maut terjadi di Km 91 Tol Purbaleunyi (juga dikenal dengan Cipularang) arah Jakarta dan 8 orang tewas.
Tol ini selesai dibangun pada akhir April 2005. Tol melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat.
Kecelakaan tersebut bukan kali pertama terjadi di ruas tol Cipularang. Beberapa catatan, di sekitar lokasi memang telah terjadi beberapa kali kecelakaan yang tak jarang memakan korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut dugaan awal Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan soal seringnya kecelakaan yang terjadi di ruas tol tersebut.
Dirjen Perhubungan Darat (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, kemungkinan kecelakaan karena geometrik jalan yang tidak biasa.
Geometrik jalan bisa diartikan sebagai bentuk atau ukuran jalan raya, baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Lalu apakah ada masalah dari desain jalan tol itu sendiri?
"Kalau saya lihat dari sisi geometrik jalan itu memang jalan kan agak tikungan dan kemudian turunan," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2019).
Melihat geometrik Tol Cipularang, khususnya dari arah Bandung menuju Jakarta menurutnya kecenderungan kendaraan akan memacu kecepatan tinggi. Padahal jalanannya menikung.
"Nah mungkin di situ lah pada saat dari Bandung menikung itu mungkin kecepatan cukup tinggi kemudian turunan gitu," tambahnya.
Namun Budi belum mengambil kesimpulan resmi penyebab kecelakaan tersebut. Pihaknya telah menerjunkan tim ke TKP untuk mengetahui penyebab pastinya.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menurunkan tim untuk mengecek kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, tepatnya di KM 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019) siang.
Dirjen Perhubungan Darat (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, dirinya sudah menugaskan Direktur Angkutan Jalan ke TKP bersama tim lainnya.
"Kecelakaan beruntun saya lagi turunkan orang dulu nih, turunkan Direktur Angkutan saya ke sana untuk mengecek kejadiannya seperti apa," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2019).
Menurutnya kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan yang menonjol karena melibatkan cukup banyak korban jiwa, yaitu sekitar 6 orang, serta melibatkan banyak kendaraan. Ditambah dalam kecelakaan juga terjadi kebakaran.
"Nanti pasti akan dilakukan semacam kajian untuk tidak terulang lagi kejadian. Saya juga ingin tahu sebenarnya faktor penyebabnya apa," tambahnya.
Kasubdit Pemantauan dan Evaluasi Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan, Ditjen Bina Marga Wahyudi mengatakan faktor kendaraan dan human error kerap menjadi biang kerok terjadinya kecelakaan di titik tersebut. Dari sisi kendaraan, truk-truk odol (over dimension over load) menjadi faktor paling sering.
"Banyaknya faktor kendaraan. Truk-truk atau kendaraan yang overload, over dimensi. Laporan awalnya kan remnya blong," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Senin (2/9/2019).
Dia bilang, berdasarkan hasil safety audit dari kecelakaan yang selama ini terjadi, faktor jalan belum pernah menjadi penyebabnya.
"Kalau jalan semua masih sesuai SPM (standar pelayanan minimum) jalan tol. Yang banyak itu kita punya kecelakaan karena kendaraan, masalah manusia, masalah pengemudi. Dari faktor jalan sejauh ini belum," jelasnya.
Namun untuk kasus kecelakaan terakhir, Wahyudi mengaku saat ini pihaknya masih menunggu hasil safety audit yang sedang dilakukan. Dari hasil safety audit, bakal ada rekomendasi yang akan segera ditindaklanjuti untuk meminimalisir kejadian serupa.
"Nanti ada langkah-langkah berikutnya setelah dilakukan safety audit. Semua dari hasil audit akan ada rekomendasi apa langkah yang akan dilakukan," ungkapnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman