PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) menyebut perseroan mampu menjawab tantangan dengan telah membangun dan mengoperasikan 500 km lebih Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun, lebih cepat daripada rata-rata waktu pembangunan pada umumnya. Ini sejalan dengan tema Kemerdekaan ke-76 RI, yaitu Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.
Seperti diketahui, belum lama ini Presiden Joko Widodo telah memperlihatkan kondisi jalan tol pertama di Pulau Sumatra itu melalui akun Instagram. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi salah satu strategi yang memberikan daya ungkit bagi percepatan pemulihan ekonomi nasional.
"Jalan tol Trans Sumatera akan memangkas waktu tempuh antar daerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Pulau Sumatra. Pembangunan dan pengoperasiannya juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja," ujar Jokowi.
Sementara itu, Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan bahwa pembangunan 531 km JTTS memakan waktu kurang lebih lima tahun. Menurutnya, ini lebih cepat daripada rata-rata waktu pembangunan pada umumnya.
Ia juga menyampaikan, dalam pembangunan hingga pengoperasian JTTS, pihaknya telah melakukan berbagai kajian dan analisis dampak kehadiran JTTS bagi lingkungan dan masyarakat sehingga mitigasi risiko dapat dilakukan sejak awal.
"Pembangunan dan pengoperasian JTTS kami pastikan tidak merusak ekosistem. Kami sudah hitung AMDAL-nya (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan seperti yang disampaikan oleh Pak Presiden bahwa kehadirannya membawa banyak dampak dan manfaat bagi masyarakat khususnya di Sumatra," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/8/2021).
AMDAL Sebagai Fondasi Pembangunan JTTS
Ia menjelaskan pembangunan fisik suatu tempat pada umumnya akan menimbulkan perubahan kualitas komponen-komponen lingkungan hidup di sekitar lokasi pembangunan, baik itu perubahan yang berdampak positif maupun perubahan yang berdampak negatif.
Adapun jalan tol merupakan prasarana bagi moda transportasi darat. Menurutnya, keberadaan jalan tol yang menghubungkan antar kota sangat penting untuk memperlancar lalu lalang kendaraan sehingga dapat meningkatkan distribusi baik orang, barang, dan jasa.
Hal ini, kata Koentjoro, pada akhirnya berdampak pada persebaran sumber daya sehingga tempat yang tidak memiliki sumber daya tersebut akan terpenuhi kebutuhannya. Namun, lanjutnya, sebagaimana kegiatan pembangunan pada umumnya, sering kali membawa dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Ini merupakan salah satu dampak dari pembangunan jalan tol.
"Apabila kegiatan pembangunan tol tidak dikelola dan direncanakan dengan baik, maka akan timbul dampak negatif yang tak tertangani terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap komponen-komponen lingkungan fisika-kimia, komponen sosial ekonomi-budaya, hingga kesehatan masyarakat," terangnya.
Oleh karena itu, ia menyatakan, pihaknya memperhatikan setiap tahapan dalam proses pembangunan jalan tol. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang terjadi dalam proses tersebut.
"Aspek penting dalam proses pembangunan jalan tol yakni tersedianya AMDAL. AMDAL menjadi fondasi awal proses pembangunan dikarenakan mencakup seluruh komponen-komponen yang menyangkut dampak terhadap lingkungan hidup serta menjamin suatu usaha atau kegiatan layak secara lingkungan," kata dia.
Klik halaman selanjutnya untuk mengetahui dampak potensial yang timbul dari JTTS >>>
(ncm/ega)