Pelabuhan Patimban dan Harapan Perbaikan Ekonomi Jalur Pantura

Liputan Khusus

Pelabuhan Patimban dan Harapan Perbaikan Ekonomi Jalur Pantura

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 18 Jul 2022 08:35 WIB
Proyek Bendungan Sadawarna, pemasok Air Pelabuhan Patimban
Foto: Dok. Kementerian PUPR
Jakarta -

Kejayaan Jalur Pantura telah habis. Kawasan yang dulunya menggeliat itu kini meredup. Redupnya Pantura terjadi setelah Tol Trans Jawa dibuka.

Jalan bebas hambatan itu telah merenggut semua kendaraan yang lalu lalang di Pantura. Padahal, sejak lama jalan panjang yang membentang di utara pulau Jawa itu telah menjadi jalur utama antar kota.

Sejak dulu, masyarakat di Pantura menggantungkan hidupnya dari lalu lalang kendaraan. Saat lalu lalang kendaraan makin sepi, ekonomi pun redup di Jalur Pantura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deretan rumah makan, warung, hingga bengkel telah tutup di Pantura. Sementara beberapa orang memilih bertahan di tengah ketidakpastian usaha karena kawasan yang jadi sepi.

Beberapa pelaku usaha yang masih bertahan di Pantura kini menaruh harapan besar pada proyek Pelabuhan Patimban, Subang. Proyek pelabuhan besar yang disebut bakal menyaingi Tanjung Priok itu disebut dapat memberikan secercah harapan untuk ekonomi Pantura. Apalagi, posisi pelabuhan ini pun menempel dengan Jalur Pantura.

ADVERTISEMENT

Dampak dari proyek Pelabuhan Patimban pun sudah dirasakan oleh Hotel Markoni yang terletak di Sukasari, Subang. Hotel yang letaknya hanya sekitar 10 km dari Pelabuhan Patimban ini pernah mendapatkan berkah langsung dari pelabuhan itu.

Menurut Nana, perwakilan Hotel Markoni, hotelnya pernah disewa selama sekitar 2 tahun untuk para pekerja di proyek pembangunan Patimban. Dia tak menjelaskan seberapa besar nominal keuntungan yang didapatkan, namun dari uang sewa itu Hotel Markoni bisa melakukan renovasi.

"Kemarin sempat disewa untuk pekerja di Patimban, disewa penuh jadi mess. Lumayan lama, 2,5 tahun kayaknya. Saya nggak tahu persis jumlah untungnya, cuma dari situ hotel bisa direnovasi," kata Nana saat ditemui detikcom di Hotel Markoni, Selasa (12/7/2022).

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Bukan cuma di Hotel Markoni, ada salah satu tanah luas bekas restoran yang dimiliki salah satu PO bus besar di kawasan Ciasem, Subang juga bakal mendapatkan keuntungan secara langsung karena Pelabuhan Patimban.

Tanah itu rencananya bakal digunakan sebagai tempat penyimpanan precast beton proyek Patimban. Hal ini diketahui dari seorang penjaga rumah makan di samping tanah bekas restoran itu.

"Saya kan dititipin jaga rumah makan ini sama yang punya tanah. Kemarin si bos ke sini, katanya tanahnya mau dipakai buat naro precast beton dari Patimban," ujar penjaga rumah makan yang tak ingin disebut namanya itu.

Soal dampak proyek Patimban ke rumah makannya sendiri sejauh ini belum banyak terasa. Namun, dia yakin beberapa waktu ke depan bisa saja dampaknya akan terasa.

"Kalau sekarang ya belum sih. Cuma kalau nanti udah jadi pelabuhannya bisa aja jadi ramai. Hitung-hitung gantiin sepi karena tol," kata penjaga rumah makan itu.

Juandi, supervisor sebuah SPBU di daerah Mundusari, Subang mengatakan dirinya menaruh harapan besar pada proyek Pelabuhan Patimban. Menurutnya, bila sudah beroperasi secara reguler pelabuhan itu berpotensi menambah penjualan bensinnya. Penjualan bertambah, pendapatan pun meningkat.

Apalagi, posisi SPBU-nya tak jauh dari Pelabuhan Patimban, cuma sekitar 7 km. Artinya, kendaraan yang lalu lalang di Patimban bisa singgah membeli BBM di tempatnya.

"Keuntungan yang bisa kita dapat pasti dari penjualan BBM ya. Mudah-mudahan makin banyak kendaraan singgah ke sana. Mobil peti kemas atau mobil pribadi punya karyawan atau pengunjung ke sana. Sekarang udah ada sih yang dari Patimban isi ke kita cuma belum banyak gitu," ujar Juandi saat berbincang dengan detikcom di kantornya.

"Karyawannya juga kan bertambah artinya kendaraan bisa nambah jadi ramai," katanya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno juga membenarkan Pelabuhan Patimban bisa jadi solusi sepinya kawasan Pantura. Dia bilang, sebuah pelabuhan efek pembangunannya akan sangat besar ke kawasan sekitar.

"Biasanya kan kalau pelabuhan di sampingnya bisa jadi kawasan ekonomi baru. Ya 4-5 tahun ke depan lah pertumbuhannya. Nanti akan tumbuh sendiri dia," kata Djoko saat dihubungi detikcom.

Di sisi lain, Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menyatakan untuk menghidupkan kawasan Pantura butuh pengembangan kawasan secara tematik. Entah lewat pendekatan industri, komoditas, ataupun pariwisata. Pendekatan industri bisa dilakukan dengan sudah adanya proyek Pelabuhan Patimban di Subang.

"Menghidupkan ekonomi Pantura bisa dilakukan dengan pengembangan kawasan. Entah industri, nelayan, kerajinan, budaya, pariwisata, atau lainnya. Jadi orang sengaja pergi ke sana karena yang mereka cari adanya hanya di Pantura," kata Darmaningtyas kepada detikcom.

Pelabuhan Patimban sendiri sudah mulai beroperasi secara bertahap sejak akhir 2021, setelah dibangun sejak 2018. Sejauh ini Pelabuhan Patimban baru mengoperasikan terminal kendaraan saja. Secara bertahap, terminal peti kemas, hingga terminal kapal roro juga akan beroperasi.

Dari catatan detikcom, selama Januari-November 2021 saja bongkar muat di Pelabuhan Patimban telah mencapai 12.335 kendaraan.

Hingga 2023 nanti, rencananya pelabuhan ini akan memiliki terminal peti kemas dengan kapasitas sampai 3,75 juta TEUS dan terminal kendaraan dengan kapasitas total sampai dengan 600.000 CBU serta terminal kapal roro.

Pembangunan tersebut akan terus berlanjut, hingga tahun 2027 pelabuhan ini direncanakan akan mampu menampung sebanyak 7,5 juta TEUS untuk peti kemas dan 600.000 CBU untuk kendaraan. Tahun 2027 adalah target operasi ultimate dari proyek Pelabuhan Patimban.


Hide Ads