Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah membangun 35 bandar udara (bandara) untuk menunjang mobilitas masyarakat dan distribusi sandang dan pangan. Pada pembangunan bandara di daerah-daerah terpencil inilah, konsep Nawacita yang menjadi konsepsi pemerintahannya sejak periode pertama diterapkan dengan nyata.
Salah satu butir Nawacita yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan mengedepankan semangat 'Indonesiasentris' dan bukan 'Jawasentris' agar pulau-pulau terluar menjadi beranda Indonesia, bukan hanya halaman belakang.
"Kita membangun di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya di Jawa dan Sumatera, tapi kita membangun Indonesia dari depan pinggiran; perbatasan dan pulau terluar," ujar Jokowi.
Jokowi menekankan bandara di kawasan perbatasan Indonesia bukan hanya sebagai infrastruktur penunjang tetapi juga menjadi garda terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pintu gerbang distribusi pangan dan sandang yang membuka akses perekonomian dan pariwisata di wilayah itu.
Hal ini mengingat bandara adalah pintu gerbang sebuah wilayah untuk mobilitas masyarakat keluar masuk suatu daerah. Demikian pula alur logistik, terutama kebutuhan pokok warga datang melalui bandara, khususnya daerah yang tak bisa ditembus melalui perjalanan darat maupun laut.
Adapun daerah yang tidak bisa ditembus melalui perjalanan darat atau laut, seperti pedalaman Papua, pelosok Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, serta daerah-daerah tertinggal, terdepan, terluar dan perbatasan (3TP) lainnya.
Tekad Jokowi menata Indonesia dari kawasan yang sebelum ini kerap terlupakan dijalankan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Budi terus membangun berbagai bandara di wilayah 3TP, sehingga konektivitas daerah tak menjadi halangan dalam pergerakan manusia maupun arus barang.
Pertumbuhan ekonomi melalui mobilitas manusia dan logistik dapat terkendala cuaca laut serta buruknya kondisi infrastruktur jalan membelah hutan dan gunung. Dalam kurun waktu setahun terakhir sejak 2022, tercatat sedikitnya ada 12 bandara baru dibangun, terutama yang ada di kawasan tertinggal, terdepan, terluar dan perbatasan (3TP).
Warga Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang selama ini perlu perjalanan 4 jam dari Padang menuju Siberut dengan kapal cepat atau 12 jam dengan ferry, kini bisa ditempuh hanya membutuhkan waktu 30 menit dari Bandara Internasional Minangkabau menuju Bandara Baru Rokot di Sipora Selatan, Mentawai.
Selain itu, sudah ada Bandara Tambelan di Kepulauan Riau, Bandara Dewadaru di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah, Bandara Taman Bung Karno di Kepulauan Sitaro Sulawesi Utara, Bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu, Bandara Hasan Aroeboesman di Ende dan Bandara Mali di Alor NTT.
Kemudian, ada juga Bandara Siboru di Fakfak Papua Barat, Bandara Nabire Baru di Papua Tengah, Terminal Bandara Mozes Kilangin Mimika di Papua Tengah, Terminal Bandara Ewer Asmat dan Bandara Kepi di Papua Selatan.
"Pada pembangunan bandara-bandara itu, Kementerian Perhubungan tak bisa sendirian. Kami bekerja sama dengan kementerian lain dan juga pemerintah daerah setempat. Untuk Bandara Taman Bung Karno di Siau, misalnya, perlu dukungan Kementerian PUPR untuk pembangunan bandara, serta bantuan Pemerintah Provinsi untuk peningkatan jalan akses dari Bandara ke Taman Bung Karno," jelas Budi Karya.
Total ada 35 bandara yang dibangun di era pemerintahan Presiden Jokowi dan Menteri Budi Karya Sumadi. Pembangunan bandara tersebut baik pembangunan bandara baru, lanjutan pengerjaan dari periode sebelumnya, reaktivasi bandara, maupun pembangunan terminal bandara.
"Kita wujudkan transportasi sebagai alat pemersatu bangsa," tuturnya.
Menurutnya, transportasi memiliki peran penting untuk menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain dan menjadi urat nadi perekonomian di Indonesia.
Hal itu selaras dengan program pembangunan Indonesia oleh Presiden Joko Widodo dari pinggiran, maka infrastruktur seperti transportasi udara diyakini membuat keterhubungan masyarakat yang tinggi. Budi juga menyebut transportasi udara melayani penerbangan untuk menjamin pasokan logistik dan alat kesehatan di daerah terpencil.
Simak Video "Video Kemendes PDTT Ungkap Ada 10.400 Desa Tertinggal & Sangat Tertinggal"
(ega/ega)