Mimpi Indonesia Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1

Mimpi Indonesia Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 05 Apr 2018 08:36 WIB
Mimpi Indonesia Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1
Ilustrasi rupiah. Foto: Lamhot Aritonang

Dari laman resmi bi.go.id redenominasi adalah penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah. Memang akan ada angka nol yang hilang, tapi redenominasi ini berbeda dengan sanering atau pemotongan nilai uang yang bertujuan menurunkan daya beli masyarakat.

Redenominasi ini biasanya dilakukan dalam kondisi ekonomi yang stabil dan menuju ke arah yang lebih sehat. Sementara itu sanering adalah penotongan uang dalam kondisi perekonomian yang tidak sehat.

Pada 1950 Presiden Soekarno memerintahkan Menteri Keuangan Syafrudin Prawiranegara untuk melakukan pemotongan uang atau sanering. Saat itu Syafrudin menggunting uang bernilai Rp 5 ke atas sehingga nilainya berkurang separuh. Misalnya saat ini ada sanering uang pecahan Rp 100 ribu maka harganya hanya Rp 50 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam redenominasi, baik nilai uang maupun barang hanya dihilangkan angka nol nya saja. Jadi nilai uang tetap sama hanya lebih ringkas saja. Dengan demikian, redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran. Setelah itu dilanjutkan dengan penyederhanaan sistem akuntansi dan sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

Contoh redenominasi misalnya. Saat ini anda memiliki uang Rp 100.000 dan bisa digunakan untuk membeli 5 bungkus nasi Padang menggunakan lauk ayam goreng, dengan redenominasi maka tiga angka nol akan hilang dan menjadi Rp 100. Namun harga tersebut masih tetap bisa membeli 5 bungkus nasi Padang dengan menu yang sama.

Saat ini sudah coffee shop atau restoran biasanya memasang harga yang lebih ringkas untuk menu makanan atau minuman yang di jualnya. Misal satu gelas kopi hitam seharga Rp 30.000 harganya dipajang 30.

Gubernur BI Agus Martowardojo tahun lalu menyebutkan penyederhanaan nominal mata uang rupiah sangat perlu dilakukan. Ini menyangkut efisiensi atas aktivitas ekonomi, redenominasi akan mensejajarkaj ripiah dengan mata uang negara lain di dunia.

Agus menambahkan, jumlah 0 (nol) yang sangat banyak pada rupiah membuat sistem teknologi yang terkait dengan pendataan dan informasi keuangan menjadi tidak efisien.

"Tetapi kalau nanti kita bisa melakukan penyelarasan ini, itu menjadi lebih efisien," tegas Agus.

Rencana redenominasi ini membutuhkan waktu yang panjang untuk penerapannya. Mulai dari persiapan, masa transisi hingga masa penarikan uang terbitan lama. BI menyebut dibutuhkan waktu 7 hingga 8 tahun untuk menerapkan redenominasi di Indonesia.

Sedangkan sanering dilakukan karena kondisi ekonomi sedang tidak sehat. Pada 1955-1960 pemerintah Indonesia melakukan sering untuk mengurangi jumlah uang beredar akibat harga yang melonjak.


Hide Ads