Ramalan BI Soal Perekonomian Global 2020

Ramalan BI Soal Perekonomian Global 2020

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 30 Des 2019 14:35 WIB
Foto: Agung Pambudhy


Kemudian dari Inggris, tarik ulur keputusan Brexit menimbulkan ketidakpastian di pasar global. "Kemungkinan Brexit ini bisa terjadi, tetapi mungkin bisa juga no deal. Ini yang membuat ketidakpastian," jelas dia.

Selain itu melambatnya perekonomian Eropa juga menyebabkan masalah di benua biru tersebut. Selanjutnya, China juga dinilai cukup mengkhawatirkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Negeri tirai bambu ini pertumbuhan ekonominya makin lama makin lambat dan telah membuat sejumlah korporasi terdampak. "Bayangkan China dengan skala GDP terbesar nomor 2 ini hanya tumbuh sekitar 6%, itu tidak akan mungkin bisa mengangkat perekonomian mereka. China downside risknya juga besar," jelas dia.

Menurut Destry hal-hal ini turut mempengaruhi kondisi perekonomian di negara lain. Termasuk di Indonesia, misalnya dengan China yang merupakan panutan untuk seluruh emerging market. Jika China 'goyang' maka emerging market lain akan terasa lebih cepat.

Termasuk Indonesia, di mana China merupakan negara utama tujuan ekspor. Sehingga kedekatan ekonominya cukup baik. Namun kini banyak investasi yang justru hengkang dari China.

Menurut dia, jika dilihat dari sisi global maka perekonomian belum bisa berharap banyak. Indonesia bisa mengandalkan sumber domestik. "Selama ini kita support konsumsi masyarakat yang stabil di 5%. Tapi akhirnya kalau konsumsi tidak diimbangi dengan investasi kan tidak bisa sustain," jelasnya.

Karena itu, Destry menyebut saat ini pemerintah bersikeras untuk mendorong investasi agar tumbuh lebih cepat. Misalnya dengan Undang-undang Omnibuslaw yang disebut menjadi kunci investasi agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa sustain.

BI menurut Destry, sejauh ini berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan berbagai terobosan mulai dari instrumen DNDF, Repo, FX Swap. Sehingga jika ada kekurangan likuiditas bisa ditangani oleh BI.

Kemudian untuk masalah inflasi, BI dan pemerintah memiliki tim pengendali inflasi daerah (TPID) yang sama-sama mengidentifikasi penyebab inflasi terbesar di daerah.

Selain inflasi yang terkendali, saat ini nilai tukar rupiah juga relatif stabil. Kemudian bank sentral juga menciptakan sistem pembayaran yang baik dan disesuaikan dengan kondisi digital ekonomi saat ini. Sehingga transaksi keuangan bisa cepat dan aman. Termasuk pengembangan ekonomi syariah yang potensinya masih sangat besar.




Simak Video "Video: BI Optimistis Ekonomi RI Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Global"
[Gambas:Video 20detik]

(kil/zlf)

Hide Ads