BPUI Bakal Dapat Suntikan Rp 20 T buat Obati Jiwasraya, Cukup?

BPUI Bakal Dapat Suntikan Rp 20 T buat Obati Jiwasraya, Cukup?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 03 Sep 2020 22:45 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI bakal mendapat penyertaan modal negara (PMN) sekitar Rp 20 triliun di tahun 2021. Anggaran untuk BPUI itu salah satunya digunakan untuk menyehatkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Apakah cukup?

Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, PMN untuk BPUI salah satunya digunakan untuk penyehatan Jiwasraya. Sejalan dengan itu, Jiwasraya juga tengah mempelajari nasabah di mana intinya jangan sampai dirugikan.

"Rp 20 triliun salah satunya buat Jiwasraya. Tetapi kan Jiwasraya sedang pelajari bagaimana nasabah-nasabah ini jangan sampai dirugikan tapi tentu kalau pembayarannya bisa cepet selesai lebih bagus. Tapi tentu kontrak dan ini semuanya harus pelajari lebih dalam," terang Erick Thohir di DPR Jakarta, Kamis (3/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat disingung mengenai apakah dana tersebut cukup untuk Jiwasraya, Erick hanya mengatakan itu bagian yang masih didalami dalam proses restrukturisasi. Sebagaimana diketahui, ekuitas atau modal Jiwasraya minus lebih dari Rp 20 triliun.

Pada laporan keuangan perusahaan 2019 tercatat, ekuitas perusahaan minus Rp 34,5 triliun. Angka ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya minus Rp 30,2 triliun. Total liabilitas tahun 2019 tercatat Rp 52,7 triliun, turun dibanding tahun sebelumnya Rp 53,4 triliun.

ADVERTISEMENT

"Makanya itu bagian restrukturisasi yang kita dalami," ujar Erick.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, program restrukturisasi yang tengah berjalan baru pada nasabah korporasi. Sementara, untuk nasabah saving plan dan tradisional tengah menunggu hasil keputusan Panja Komisi VI DPR.

"Ini kan panja sebentar lagi udah mau selesai nih, sekali pertemuan selesai nih," tutur Arya.




(acd/hns)

Hide Ads