Bunga Penjaminan LPS Sentuh Level Terendah, Kredit Bisa Lebih Murah?

Bunga Penjaminan LPS Sentuh Level Terendah, Kredit Bisa Lebih Murah?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 25 Des 2021 21:31 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) saat ini sudah berada di level terendah yakni 3,5%. Rendahnya bunga acuan ini juga diiringi dengan turunnya bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Bunga penjaminan adalah acuan untuk bank dalam menjamin jumlah dana yang disimpan di bank. Ini artinya jika ada bank yang menetapkan bunga deposito di atas bunga penjaminan, maka simpanan tersebut tak dijamin LPS.

Dengan turunnya bunga acuan dan bunga penjaminan maka diharapkan suku bunga kredit bisa menurun. Direktur Group Riset LPS, Herman Saheruddin mengungkapkan dengan rendahnya bunga kredit ini bisa mendorong penyaluran kredit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Diharapkan bunga kredit bisa turun lebih cepat dan bisa mendorong permintaan kredit oleh masyarakat dan ekonomi akan tumbuh cepat," ujar dia, dalam FORWADA ONLINE MEDIA WORKSHOP 2021 - Menelisik Peran LPS dalam Memantik Pertumbuhan Kredit Perbankan, dikutip Sabtu (25/12/2021).

LPS Pangkas Bunga Penjaminan

Selama 2020 LPS sudah memotong bunga penjaminan hingga 175 bps dan simpanan dalam rupiah di bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR serta 75 bps untuk simpanan valas di bank umum.

ADVERTISEMENT

Selama periode tahun Januari 2020-Desember 2021, LPS telah memangkas bunga penjaminan 275 bps dan 150 bps untuk valuta asing. Bunga penjaminan pada bank umum dan BPR saat ini masing-masing 3,5% dan 6% serta untuk valuta asing 0,25%.

Herman menambahkan, LPS akan terus mencermati respons perkembangan suku bunga simpanan antar kelompok bank yang cenderung bervariasi serta dampaknya pada agregat suku bunga pasar dan intensitas kompetisi.

LPS, lanjut Herman, akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi atas Tingkat Bunga Penjaminan sesuai perkembangan data dan informasi terkini yang tersedia dengan tetap memperhatikan progress pemulihan ekonomi, likuiditas perbankan, dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Perbankan Bisa Tumbuh

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Bank BCA Syariah Pranata mengungkapkan, kondisi perbankan di tahun 2022 diproyeksikan dapat tumbuh positif.

"Dengan modal cukup kuat dan likuiditas perbankan yang cukup longgar, di 2022 perbankan masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan semangat pelaku usaha dan konsumen dalam melakukan kegiatan ekonomi," kata Pranata.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, BCA Syariah optimis untuk dapat meningkatkan perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan di kisaran 8-10% di tahun 2022.

Untuk mendukung target tersebut, BCA Syariah bersinergi dengan BCA sebagai induk usaha diantaranya dengan menurunkan biaya dana melalui pengembangan infrastruktur layanan e-channel dan meningkatkan pembiayaan dengan tetap mengedepankan prinsip syariah yang penuh dengan kehati-hatian.

"Kami juga akan meningkatkan literasi perbankan syariah melalui berbagai kegiatan edukasi dan promosi berkolaborasi dengan BCA. Dengan dukungan dari regulator dan seluruh pemangku kepentingan, BCA Syariah akan senantiasa berperan aktif untuk meningkatkan geliat perekonomian masyarakat demi membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional," jelas dia.

Sementara, ekonom Ryan Kiryanto menyoroti ketidakpastian ekonomi global yang belum mereda dengan hadirnya varian baru COVID-19, Omicron, Meski ada yang menyebut tidak seganas varian Delta, namun Omicron tetap harus diwaspadai karena bisa berdampak pada ekonomi global.

"Munculnya varian Omicron yang berasal dari Afrika Selatan ini membatasi pergerakan masyarakat dengan adanya lockdown dan mengguncang pasar dunia," ujarnya.

Ryan juga menyoroti sektor yang menjadi akselerator pada tahun 2022. Menurutnya sektor tersebut antara lain telekomunikasi, kesehatan, pertanian, dan pariwisata serta turunannya.

Dia menuturkan, saat ini saham-saham teknologi komunikasi terus memimpin pertumbuhan indeks saham gabungan di seluruh bursa di dunia. Sementara pada sektor kesehatan dan turunanya seperti obat, vitamin dan alkes, menjadi akselerator ekonomi karena semenjak pandemi melanda, masyarakat dunia makin peduli akan kesehatannya.

Hal serupa juga terjadi pada sektor pertanian dalam arti luas, tahun lalu walaupun rendah, sektor pertanian tetap tumbuh positif.

"Sektor pariwisata adalah sektor yang sedang tidur dan akan menjadi akselerator kebangkitan ekonomi di tahun 2022. Karenanya, mulai hari ini sektor pariwisata harus menyiapkan infrastruktur pendukung dengan baik, maintenance harus dilakukan, serta menyiapkan SDM yang baik," pungkasnya.


Hide Ads