Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) membukukan realisasi pendapatan mencapai Rp 29,27 triliun hingga kuartal III 2024. Angka tersebut utamanya bersumber dari pendapatan premi perbankan sebesar Rp 17,65 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI. Selain pendapatan premi, LPS juga mencatat pendapatan investasi sebesar Rp 10,85 triliun.
"Pendapatan sampai dengan triwulan III 2024 sebesar Rp 29,27 triliun, utamanya berasal dari pendapatan premi sebesar Rp 17,65 triliun dan pendapatan investasi Rp 10,85 triliun," kata Purbaya di Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Realisasi dari premi perbankan sendiri mencapai 98,85% dari target 2024, sedangkan untuk pendapatan investasi realisasinya mencapai 76,18%. Adapun pendapatan investasi sendiri bersumber dari kupon dan diskonto Surat Berharga Negara (SBN).
Masih pada periode yang sama, LPS mencatatkan pendapatan pengembalian klaim sebesar Rp 87,61 miliar atau mencapai 1.264,55% dari target yang hanya mencapai Rp 6,92 miliar. Kemudian ada pendapatan denda mencapai Rp 1 miliar, pendapatan denda Rp 123 juta, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 679,02 miliar.
Sedangkan untuk realisasi beban, tercatat mencapai Rp 2,86 triliun atau 80,18% dari anggaran beban hingga triwulan III 2024. Dalam realisasi beban tersebut, termasuk beban investasi Rp 1,13 triliun yang merupakan pajak dan biaya kustodian.
"Setiap tahun kita dapat data OJK berapa sih BPR-BPRS, atau bank yang akan jatuh. Kita anggarkan sesuai data itu. Ternyata meski jumlah banknya sama, biayanya lebih kecil, jadi ada anggaran yang nggak dipakai dalam hal ini," terang Purbaya.
Sementara itu dari sisi kinerja aset, LPS mencatatkan total aset sebesar Rp 239,53 triliun, naik sebesar 12,09% dari total aset per 31 desember 2023 yang sebesar Rp 213,69 triliun. Per 30 September 2024 komposisi aset terdiri dari investasi sebesar 93,91% yang seluruhnya dalam bentuk SBN sebesar Rp 229,94 triliun.
"Lalu kas dan piutang 5,84%, piutang terutama piutang bunga atas SBN aset tetap dan aset tidak berwujud 0,13%, serta aset lainnya 0,12%," imbuhnya.
Purbaya mengatakan, salah satu kontribusinya ke perekonomian ialah melalui pembayaran pajak dan pembelian SBN yang diterbitkan pemerintah. Sampai 30 September, pajak yang sudah dibayarkan Rp 1,66 triliun dan pembelian SBN sebesar Rp 16,76 triliun, serta pembelian SBN Valas sebesar US$ 110 juta.
Saksikan juga video: Cara Edy-Hasan Tingkatkan Pendapatan Daerah: Angkat Pertanian-BUMD