Bank Indonesia (BI) kembali melaporkan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik. Di mana per Kamis (30/1) rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.255 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pada waktu yang sama, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,96%, DXY menguat ke level 107,80, dan Yield UST (US Treasury Note) 10 tahun turun ke level 4,516%.
Keesokan harinya, yakni pada Jumat (31/1), rupiah dibuka pada level (bid) Rp 16.260 per dolar AS. Secara bersamaan Yield SBN 10 tahun stabil di 6,96%.
Kemudian berdasarkan data transaksi 30 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,82 triliun atau Rp 820 miliar. Terdiri dari jual neto sebesar Rp 0,40 triliun di pasar saham, jual neto Rp 0,43 triliun di pasar SBN, dan beli neto Rp 5 miliar di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 30 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 1,72 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp 2,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 12,93 triliun di SRBI.
Sementara itu, premi CDS Indonesia 5 tahun per 30 Januari 2025 sebesar 74,74 basis poin (bps), naik dibanding dengan 24 Januari 2025 sebesar 72,93 bps.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," kata BI dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (1/2/2025).
(eds/eds)