Apa Itu Robot Trading?
Dalam catatan detikcom, robot trading sendiri bukan sebuah robot berbentuk manusia yang duduk di depan komputer lalu menjalankan investasi. Mengutip Investopedia, robot trading di forex adalah sebutan untuk sistem perdagangan algoritmik.
Robot trading ini akan menjalankan transaksi secara otomatis dengan memanfaatkan sinyal pergerakan pasar untuk menentukan apakah melakukan tindakan beli atau jual pada titik waktu tertentu. Dengan begitu, si investor yang menggunakan robot trading tidak perlu repot memantau pasar dan memikirkan strategi beli dan jual.
Masih menurut Investopedia, sistem robot trading ini sering kali sepenuhnya otomatis dan terintegrasi dengan broker forex online. Sementara Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan robot trading layaknya perangkat lunak yang mengotomatisasi transaksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi software itu ada program strateginya yang biasa dilakukan manual dibuatkan bahasa pemrograman. Kemudian dijalankan di server platform dan software itu melakukan transaksi eksekusi beli dan jual secara mandiri," terang Ariston kepada detikcom.
Ariston menjelaskan, ada beberapa jenis robot trading, ada yang beroperasi otomatis secara penuh, ada juga yang semi otomatis. Meski begitu si pengguna robot trading ini masih memiliki kendali terhadap robot trading tersebut. Artinya pengguna bisa menghentikan atau menjalankan robot trading itu sesuai kehendaknya.
Tren robot trading sendiri mulai marak di Indonesia sejak Agustus 2021, kala itu Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan mengatakan robot trading sebagai modus baru investasi bodong.
Plt. Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan Bappebti M Syist menjelaskan modus yang dilakukan melalui penawaran paket investasi forex berkedok penjualan robot trading. Instrumen itu ditawarkan melalui paket-paket investasi dengan menggunakan sistem member get member.
"Biasanya menawarkan investasi berkedok forex dengan menjanjikan fixed income dalam bentuk paket-paket investasi dengan mendompleng legalitas pialang berjangka yang memiliki izin usaha dari Bappebti, menjadi introducing broker (IB) dari pialang luar negeri, penawaran binary option atas kontrak komoditas seperti emas, dan kontrak mata uang," ungkap Syist.
Investasi Tak Bisa Instan
Kembali ke Ariston, dia pernah mengatakan selama masa pandemi COVID-19 euforia investasi sangat tinggi. Banyak investor-investor baru atau newbie yang lahir, terutama dari kalangan milenial.
Para investor newbie tersebut mencari jalan instan untuk mendapatkan cuan. Mereka enggan menghabiskan waktu untuk belajar dari pengalaman bertransaksi. Nah dari keinginan mencari jalan instan untuk mendapatkan cuan itu lah banyak orang yang terjebak robot trading.
"Mereka mencari petunjuk atau strategi apa yang menjamin mereka sukses dalam berinvestasi, mereka mencari segala cara termasuk robot trading ini. Ya sifat manusia yang ingin gampangnya, cari yang instan," tutur Ariston.
Padahal, menurut perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho, investasi itu adalah hal yang abu-abu dan tidak bisa dipastikan. Meski tidak pasti, untung instan juga bisa, tapi perlu diketahui juga risikonya besar.
Prinsipnya semua investasi berisiko, tinggal bagaimana preferensi seseorang untuk berinvestasi apakah mau yang untung besar dengan risiko besar ataupun untung kecil tapi risikonya juga kecil.
"Namanya investasi itu adalah suatu hal yang tidak bisa dipastikan. Berapa untungnya. Kita harus paham prinsip investasi, high risk high return, low risk low return. Bisa bikin kita kaya dalam semalaman, kita bisa jadi miskin juga semaleman. Itu prinsip natural investasi," ungkap Andy ketika dihubungi detikcom.
Andy melanjutkan jangan sampai masyarakat tertipu dengan iming-iming 'marketing' investasi. Apabila ada yang menawarkan investasi dengan untung besar dan instan tapi tak mau menjelaskan risikonya sudah pasti itu adalah investasi bodong.
Dia mengimbau agar masyarakat lebih teliti dan tidak terburu-buru dalam melakukan investasi. Pastikan tahu semua keuntungan dan juga potensi kerugiannya.
"Jadi kalau ada yang mengklaim dia bisa untung banyak, tapi nggak jelasin potensi kerugiannya itu berarti investasi bodong," ungkap Andy.
Menurut Andy, memang ada beberapa produk yang memastikan keuntungan, seperti misalnya deposito, sukuk ritel, atau obligasi ritel. Namun investasi yang memberikan kepastian keuntungan, persenan imbal hasilnya tak akan besar.
"Kalaupun bisa dipastikan biasanya pun nggak akan gede imbal hasilnya. Kalau ada yang memastikan instrumen ini bisa dapat angka sekian imbal hasilnya, dan angkanya wow gitu kan itu mesti dipertanyakan," ujar Andy.
(hal/ara)