Prospek Saham Miras di Negara Mayoritas Muslim

ADVERTISEMENT

Prospek Saham Miras di Negara Mayoritas Muslim

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 10 Jan 2023 07:00 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Sejumlah perusahaan minuman keras sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Mulai dari PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) hingga yang paling baru PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (BEER).

Jobubu Jarum Minahasa sendiri adalah produsen minuman keras Cap Tikus 1978. Perusahaan beberapa hari yang lalu melakukan initial public offering (IPO) dengan melepas saham 20% atau 800 juta. Target dana Rp 176 miliar untuk belanja barang, membangun pabrik hingga modal kerja.

Dalam waktu dekat juga ada produsen minuman keras lain yang tengah melakukan penawaran umum saham perdana alias IPO, yakni PT Hatten Bali Tbk. Perusahaan ini merupakan produsen wine atau minuman beralkohol berbasis anggur.

Pada perdagangan kemarin saham BEER masih melanjutkan tren penguatan. Tercatat saham produsen Cap Tikus 1978 itu menguat 4 poin atau bertambah 1,55% ke level Rp 262.

Lalu apakah tren penguatan ini akan berlanjut? Mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.

Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai justru saat ini bisnis minuman beralkohol berada di sektor konsumen primer. Bahkan dia mengatakan bisnis minuman beralkohol terbilang cukup tahan banting terhadap guncangan ketidakpastian geopolitik. "Ini resilient terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi," ujar dia.

Menurutnya, sektor ini berpotensi bagus tahun depan dan didukung oleh fundamental yang kuat. Terlebih untuk kalangan tertentu minuman beralkohol sering menjadi jamuan wajib untuk merayakan sesuatu.

"Saham minuman keras juga berpotensi akan diminati secara seasonal saja dengan adanya acara atau festival yang biasanya didampingi dengan minuman beralkohol," ujar dia.

Sementara itu Ekonom dan Praktisi Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo mengatakan untuk prospek saham minuman keras di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim memiliki tantangan tersendiri.

Oleh karena itu perusahaan secara industri juga harus memperhatikan fundamental yang baik. Lalu juga harus memiliki tujuan secara objektif bisa menguntungkan perusahaan dan publik. "Jadi jangan cuma menguntungkan perusahaan saja," imbuh dia.

Menurut dia, sebagai perusahaan yang memproduksi minuman beralkohol akan menemui tantangan market share atau persebaran pasar. Bisa saja tidak cukup agresif, meskipun masih dalam kelompok usaha consumer goods.

Terutama produk yang dihasilkan sangat segmented dan tak bisa semua orang mengonsumsi. "Mungkin bisa dibentuk penjualan dengan klaster-klaster di daerah, untuk menghindari perusahaan salah strategi penjualan," jelas dia.

Lucky melanjutkan perusahaan juga harus melakukan pengelolaan keuangan yang baik untuk penjualan dengan iklim negara seperti Indonesia. "Untuk perusahaan miras yang menyatakan melantai di bursa maka harus konsekuen dan mengacu untuk dua manfaat. Jadi untuk perusahaan dan investor jangan sampai terganggu, jangan sampai tidak likuid dan tidak bergerak," ujar dia.

Lanjut ke halaman berikutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT