Promosinya Murah, Padahal Rumah DP Rp 0 Bukan untuk Masyarakat Kecil

Promosinya Murah, Padahal Rumah DP Rp 0 Bukan untuk Masyarakat Kecil

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 16 Okt 2020 20:45 WIB
Rumah DP Rp 0
Foto: Trio Hamdani
Jakarta -

Rapor merah disematkan pada program rumah DP Rp 0 besutan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menilai selama ini Pemprov DKI Jakarta terlalu memamerkan rumah DP Rp 0 sebagai rumah murah.

Padahal, sebetulnya program ini tak ada bedanya dengan penyediaan rumah MBR lainnya. Makanya setelah 3 tahun berjalan, program ini tak banyak menunjukkan kemajuan.

"Selama ini rumah DP Rp 0 disebut murah, padahal nggak cuma-cuma, padahal memang ini kayak rumah biasa aja, kayak KPR dan yang lain. Untuk kalangan menengah. Bukan untuk masyarakat kecil," kata Yayat kepada detikcom, Jumat (16/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, syarat pembelian rumah DP Rp 0 masih susah dijangkau kebanyakan masyarakat yang ber-KTP Jakarta. Dia menilai lebih baik diperluas cakupannya.

"Sebetulnya kalau dilihat captive marketnya dilihat dari syaratnya penghasilan Rp 4-8 juta dan wajib KTP DKI rasanya agak susah. Karena persyaratannya akan susah dipenuhi buat orang Jakarta. Harusnya ini dibuka koridornya lebih luas ke warga di luar DKI," kata Yayat.

ADVERTISEMENT

Dengan target pasar yang kurang tepat, menurut Yayat pengembang pun enggan berkontribusi banyak. Makanya, dari target 300 ribu yang dicanangkan, cuma 780 unit saja yang baru terbangun, belum lagi tanah juga tak murah harganya di Jakarta.

"Nggak ada yang berani pengembang ambil resiko, pasar juga tidak menjamin kan saya bilang tadi. Ini pun yang sudah bisa beli rumahnya belum tentu terjamin cicilannya. Daripada bangun lagi, mending fokus saja dengan yang sudah ada, dipenuhi," kata Yayat.

"Belum lagi tanah juga mahal di Jakarta kan, terlalu beresiko," katanya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Pengamat properti Ali Tranghanda, juga mengatakan hal yang sama, pemilihan pasar menjadi masalah utama program ini. Menurutnya, pemilihan pasar rumah DP Rp 0 masih kurang luas.

Dia menilai permintaan rumah MBR memang banyak, hanya saja yang jadi masalah adalah aturan wajib warga DKI Jakarta dengan kepemilikan KTP Jakarta. Pasalnya pasar MBR khusus untuk masyarakat di Jakarta masih terbatas.

"Mestinya memang dibuka minimal Jabodetabek Banten, karena memang di DKI kalangan MBR-nya terbatas juga daya belinya," ungkap Ali kepada detikcom.

Menurutnya bila masyarakat di luar KTP DKI Jakarta diizinkan untuk membeli rumah DP Rp 0, unit yang ditawarkan akan lebih banyak yang laku.

"Orang kebanyakan itu kan kerja di Jakarta yang comuter, asalnya dari sekitar Jakarta masuk kerja ke Jakarta. Kalau itu diperluas ke sana kan bisa jadi kebijakan bagus, permintaannya banyak kok," kata Ali.

Seperti diketahui, rumah DP Rp 0 dicanangkan Anies untuk memberikan fasilitas perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Jakarta. Rencananya dia menargetkan 300 ribu unit rumah yang disiapkan.

Namun, hingga kini baru 780 yang terbangun di Pondok Kelapa. Itu pun belum semua terisi, dari catatan terakhir detikcom, hingga Agustus lalu baru 365 unit yang terisi. Hingga kini pun, belum ada lagi informasi lanjutan soal pembangunan unit rumah DP Rp 0.


Hide Ads