Sebelumya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekurangan pasokan rumah saat ini mencapai 12,75 juta. Ini artinya masyarakat yang antre untuk memiliki rumah masih banyak, ditambah dengan adanya bonus demografi.
"Untuk yang berumah tangga artinya membutuhkan rumah, tapi mereka tidak punya purchasing power, harga rumah tinggi, sehingga mereka enak tinggal di rumah mertua atau menyewa," kata dia dalam webinar
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut, memang hal ini tidak salah. "Kalau mertuanya punya rumah juga, kalau nggak punya ya jadi masalah lagi. Menggulung generasi," jelas dia.
Sri Mulyani mengakui, dari sisi ketersediaan perumahan saat ini biaya untuk membangun rumah dan harga tanah selalu mengalami kenaikan, terutama di perkotaan. Namun dampak ganda yang ditimbulkan dalam pembangunan rumah ini sangat signifikan untuk produk domestik bruto (PDB).
Dia juga mengungkapkan jika suku bunga tinggi juga bisa menjadi ancaman untuk masyarakat yang ingin membeli rumah "Untuk membeli rumah 15 tahun mencicil di awal berat, suku bunga dulu, principal-nya di belakang. Itu karena dengan harga rumah tersebut dan interest rate sekarang harus diwaspadai karena cenderung naik dengan inflasi tinggi," kata dia.
Sri Mulyani mengungkapkan, kondisi ini dikhawatirkan bisa membuat masyarakat semakin sulit memiliki rumah. "Maka masyarakat akan makin sulit untuk membeli rumah," jelasnya.
(kil/zlf)