Produk Nuklir RI Diekspor ke Vietnam Hingga Bangladesh

Produk Nuklir RI Diekspor ke Vietnam Hingga Bangladesh

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 17 Mei 2017 15:22 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir/detikFinance
Jakarta -
PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) menjadi satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pemanfaatan teknologi nuklir. Teknologi nuklir yang identik dengan senjata pemusnah massal dimanfaatkan oleh Inuki untuk memproduksi radioisotop yang berguna bagi industri medis.

Meski terlihat kecil dibanding BUMN-BUMN lainnya yang tumbuh menggeliat, keberadaan PT Inuki yang dulu dikenal dengan nama Batan Teknologi ini cukup berpengaruh lantaran menjadi satu-satunya BUMN yang memproduksi radioisotop di dalam negeri.

Direktur Utama Inuki, Bambang Herutomo, mengatakan 60% hasil produksi radioisotop Inuki diekspor ke luar negeri, sedangkan sisanya untuk dipasarkan di berbagai rumah sakit yang ada di dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Misalnya Asia Selatan, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Filipina. Tapi kan sedikit-sedikit mereka, walaupun terbuka pasarnya. Produk kita juga sesuai dengan yang diharapkan dan kita juga bersaing harganya," katanya saat ditemui di acara Diskusi Ancaman dan Pemanfaatan Nuklir di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (17/5/2017).

Meski masih mengekspor dalam skala kecil, produksi radioisotop Inuki termasuk pemain utama di wilayah Asia namun masih kalah dengan negara-negara besar seperti Belanda, Polandia dan Afrika Selatan. Negara pemasok terbesar radioisotop sendiri dipegang oleh Kanada.

"Di Asia itu enggak ada. Saingannya itu Belanda, Polandia, Kanada, Afrika Selatan. Australia saja dianggap anak bawang, tapi kita juga," tutur Bambang.


Inuki tengah menjajaki pasar ekspor baru yaitu China. Negeri tirai bambu itu menjadi pasar yang potensial lantaran jumlah penduduknya yang banyak. Namun kapasitas produksi yang masih kecil membuat Inuki juga sulit untuk mengembangkan pasar ekspor terlalu besar.

"Mungkin ke depan China membutuhkan banyak radioisotop itu, tapi kita belum sanggup untuk memenuhi. Karena kapasitasnya kita enggak cukup," pungkasnya. (hns/hns)

Hide Ads