-
Satu lagi proyek jalan tol yang mengalami kecelakaan konstruksi, yakni tol Depok-Antasari (Desari) yang enam buah bentang girdernya roboh setelah tersenggol oleh eskavator yang tengah bekerja. Ambruknya girder yang sudah terpasang ini pun menambah daftar proyek jalan tol yang mengalami kecelakaan konstruksi saat dalam masa pekerjaan.
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat, setidaknya ada empat kejadian kecelakaan konstruksi pelaksanaan erection girder pada proyek jalan tol dalam kurun waktu tiga bulan ke belakang.
Di antaranya Jembatan Overpass Caringin di ruas Jalan Tol Bocimi, Jawa Barat pada tanggal 29 Oktober 2017 lalu. Di tanggal yang sama juga terjadi kejadian kegagalan pemasangan girder dengan bentang 50 meter pada Jembatan Overpass di ruas Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo, Jawa Timur. Kedua kejadian tersebut bahkan merenggut korban 2 orang meninggal dunia dan 4 orang luka-luka.
Lalu kegagalan pemasangan girder lainnya adalah di Jembatan Overpass pada proyek Jalan Tol Pemalang-Batang, Jawa Tengah dan yang paling teranyar pada Jalan Tol Desari di dekat pertigaan Antasari-TB Simatupang.
Kecelakaan konstruksi pada empat proyek tol yang masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini pun menimbulkan tanya mengenai pengawasan pekerjaan di tengah percepatan pekerjaan yang terus dikebut demi mengejar target penyelesaian yang telah ditetapkan.
Berikut fakta lengkap ambruknya enam girder tol Desari yang ditenggarai menelan rugi cukup besar.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna mengaku masih mengidentifikasi secara detail, apa sebenarnya penyebab kecelakaan konstruksi untuk tol Desari. Namun dia bilang, penyebab kecelakaan kerja pada tiap jalan tol berbeda-beda.
"Kalau yang kemarin-kemarin, kan pada saat erection (pemasangan girder). Artinya kalau ditanya seharusnya, seharusnya ini tidak terjadi. Kalau yang Desari kan dia sudah terpasang. Kemudian oleng, lalu menyebabkan menyenggol yang lainnya sehingga jatuh karena pengikatnya belum terpasang. Tapi ini lagi dilihat di lapangan oleh tim," katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Dia bilang, kejadian kecelakaan seperti ini seharusnya tidak terjadi jika semua pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
"Harusnya tidak terjadi. Tapi penyebabnya lagi dicari di lapangan," tambahnya.
Herry juga membantah bahwa kecelakaan konstruksi terjadi lantaran dilakukannya percepatan untuk mengejar target pengoperasian. Tol Desari sendiri merupakan salah satu tol yang kerap molor jadwal pengoperasiannya dari target yang telah ditentukan.
"Tidak begitu mestinya (karena dikebut). Semua harus dilakukan sesuai SOP yang sudah ditetapkan," tutur Herry.
"Ini memang sudah mundur (pengoperasiannya), harusnya di pertengahan tahun ini sudah selesai. Artinya kita proyeksikan semester pertama tahun ini sudah selesai. Tapi tetap, bahwa bukan ini kerja cepat-cepatan. Bukan seperti itu juga harusnya. Nanti kita cek di lapangan penyebab sebenarnya," tandasnya.
Kepala BPJT, Herry Trisaputra Zuna mengakui perlunya pengawasan pekerjaan yang lebih lagi menyusul sejumlah kejadian kecelakaan konstruksi di jalan tol. Meski masih dalam analisis, namun dia bilang hal ini telah jadi perhatian khusus bagi pemerintah dan akan lebih meningkatkan pengawasan ke depannya.
"Ini jadi perhatian semua pihak. Artinya harus ditingkatkan pengawasan sama kehati-hatian di lapangan. Jadi SOP tadi harus betul-betul ditaati. Artinya, dengan adanya kejadian berulang seperti ini, harus ada perbaikan pengawasan yang lebih ketat lagi sehingga tidak terulang," katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Dia bilang, ada beberapa analisasis dari kejadian ambruknya girder sejumlah tol. Misalnya, bentang girder beton yang terlalu panjang sehingga dirasa tidak cocok pada struktur konstruksi tol, hingga adanya pelanggaran SOP pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.
"Kalau kita lihat, kejadian yang sebelumnya itu umumnya di bentang yang 51 meter. Itu yang nanti dievaluasi apakah karena girdernya atau karena pelaksanaannya. Artinya secara komprehensif akan kita lihat nanti seperti apa. Apakah misalnya bentang yang 51 meter girder ini tidak terlalu cocok misalnya. Itu juga jadi suatu perhatian. Karena terlalu panjang atau pipih misalnya," tutur Herry.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan ambruknya girder di tol Desari karena kesalahan manajemen dan pelaksanaan teknis di lapangan.
"Jadi girder yang diangkat itu bisa macam-macam. Jadi ada yang dikalungi, ada yang diangkat dari atas, jadi saya kira sedikit masalah teknis. Sekarang diperbaiki SOP-nya. Jadi itu masalah teknis dan manajerial. Jadi ada perbaikan sedikit, karena banyak sekali (girder) yang akan dipasang di Trans Jawa ini. Karena 120 girder yang akan dipasang," kata Basuki ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (3/1/2018).
Basuki menjelaskan, SOP yang akan diperbaiki mulai dari pemasang teknis hingga masalah pengawasan kepada pihak pelaksana pembangunan jalan tol. Basuki mengatakan, perbaikan SOP ini akan diberlakukan ke seluruh jalan tol, selain itu pemerintah juga akan memberikan sanksi kepada konsultan yang lalai dalam mengawasi pengerjaan proyek.
"Manajerialnya juga, pengawasannya. Jadi konsultannya juga kemarin diundang untuk diperketat pengawasannya. Kita kasih sanksi juga untuk pengawasan, konsultannya," kata Basuki.
Saat ini, kata Basuki, pihak Bina Marga masih membahas sanksi yang akan diberikan kepada konsultan yang lalai dalam melakukan pengawasan. Namun, kata dia, sanksi yang paling berat ialah mencoret nama konsultan dari daftar proyek jalan tol pemerintah.
Namun saat ini Basuki mengaku pihaknya masih melakukan evaluasi dalam sanksi yang akan diberikan tersebut.
"Mungkin paling beratnya ya blacklist kan. Kan belum tentu, makanya Pak Dirjen (Bina Marga) sedang mendetailkan, saat-saat terjadi itu pengawasannya bagaimana, sedang terjadi. Apakah sesuai dengan SOP pengawasan atau enggak," tutur Basuki.
"Nanti tergantung kejadiannya, kan itu Sabtu Minggu terjadi. Kita list itu, ini apa orang yang teledor itu kan terjadi tanggal 1 (Januari) itu kan libur, atau habis liburan tanggal 2 (Januari), atau itu terjadinya pada Sabtu atau Minggu ini yang lagi kita evaluasi lagi," tambahnya.
Enam buah girder tol Desari yang ambruk diperkirakan menelan kerugian hingga Rp 2 miliar. Deputi Project Manager PT Citra Waspphutowa, Indra Purnadi mengatakan, kerugian tersebut terdiri dari biaya penggantian enam buah girder tol yang ambruk dan mobil truk yang tertimpa dari beton yang jatuh.
"(Kerugian) sekitar Rp 2 miliar-an," katanya.
Biaya pembuatan satu buah girder beton sendiri menelan biaya yang cukup tinggi. Indra mengatakan, biaya pembuatan satu buah girder dengan bentang 30 meter saja membutuhkan biaya Rp 300 juta. Girder dengan bentang 30 meter tersebut merupakan enam buah girder yang dirangkai menjadi satu.
"Kalau sekitar 300 juta satu girder, dikali enam, ya biaya enam buah girder itu sekitar Rp 1,8 (miliar)," jelasnya.
Namun, dia bilang kerugian tersebut seluruhnya akan ditutupi oleh asuransi yang sudah dijaminkan oleh pihak kontraktor sebelumnya.
"Jaminan ada. Itu asuransi tetap kita proses. Kan ada CAR (Contractors' All Risks) cover dari asuransi. Asuransi mengcover semua resiko," ujarnya.
Adapun asuransi ini tengah diproses ke BRIN general insurance, yang memberikan perlindungan atas resiko pekerjaan proyek yang sedang dikerjakan oleh swasta maupun proyek pemerintah.
"Asuransi diklaim ke BRINS asuransi," pungkasnya.
Target operasi proyek Tol Desari tak berubah meski terjadinya kecelakaan konstruksi pada girder tol. Tol ini ditarget bisa beroperasi pada pertengahan tahun 2018, setelah sebelumnya juga gagal beroperasi pada bulan September tahun lalu.
"Harusnya di pertengahan tahun ini sudah selesai. Artinya kita proyeksikan semester pertama tahun ini sudah selesai. Tapi tetap bahwa bukan ini kerja cepat-cepatan. Itu bukan seperti itu juga harusnya," kata Herry.
Sebagai informasi, proyek tol Desari memiliki panjang total 21,6 km dan terdiri dari 3 seksi. Bagian yang rencananya bakal dioperasikan pada medio tahun ini adalah seksi 1 yang menyambungkan Antasari ke Brigif/Cinere sepanjang 5,8 km.
Dengan rampungnya Antasari Interchange yang merupakan tahap awal realisasi pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari, diharapkan bisa membantu mengurangi kepadatan lalulintas jalan arteri yang semakin meningkat. Misalnya, di Jalan Raya Sawangan dan Jalan Margonda yang menjadi jalur utama dari Depok menuju Jakarta atau sebaliknya.
Adapun kontraktor pelaksana pembangunan seksi I jalan tol ini adalah Kerja Sama Operasi (KSO) PT Waskita Karya, Hutama Karya dan PT PP yang bertanggung jawab membangun simpang susun penghubung jalan Tol Depok-Antasari dengan Tol Lingkar Luar Selatan di persimpangan depan sekolah High Scoop dengan surat perintah mulai kerja (SPMK) sejak Agustus 2016.
Namun sejak Februari 2017, konstruksi kemudian dilanjutkan oleh PT Girder Indonesia. Pemilik konsesi dari ruas tol ini adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) sebesar 62,5%, kemudian PT Waskita Toll Road 25% dan PT Pembangunan Perumahan 12,5%.