Luhut bilang, Kepausan akan membantu Indonesia dalam menghadapi ancaman Uni Eropa untuk menghapus penggunaan biodiesel dari kelapa sawit.
"Kardinal Turkson menyampaikan bahwa Ia concern dengan nasib petani sawit dan jutaan orang yang kehidupannya bergantung pada industri kelapa sawit ini. Beliau secara khusus menyatakan apa yang akan terjadi jika mereka ini yang sebagian besar Muslim, tidak mempunyai penghasilan lagi. Karena itu, Kardinal Turkson menggagas untuk mengadakan seminar yang membicarakan hal ini di Universitas Kepausan di Vatikan bulan depan," kata Luhut dalam keterangan resminya, dikutip detikFinance, Kamis (26/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut mengusulkan untuk juga mengundang organisasi keagamaan terbesar seperti NU dan Muhammadiyah karena untuk Indonesia, yang dikhawatirkannya adalah tumbuhnya paham-paham radikal sebagai dampak dari kemiskinan.
Kardinal Turkson mengapresiasi usaha-usaha pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan termasuk pencurian ikan dan kebakaran hutan.
Sebelum bertemu Kardinal Turkson, Luhut juga sempat mengikuti audiensi umum yang diadakan di St. Peter's Square bersama ratusan umat lainnya. Luhut mendapat kesempatan berjabat tangan dengan Paus Fransiskus dan menyampaikan undangan dari Presiden Joko WIdodo (Jokowi) agar Paus bersedia berkunjung ke Indonesia.
"Saya tadi menyampaikan undangan dari Presiden kepada Yang Mulia Paus Fransiskus dan ia mengatakan bersedia," kata Luhut.
Selain itu, saat petangnya Luhut bertemu dengan Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Kolombia, Juan Guillermo Zuluaga. Dia juga mengundang Zuluaga untuk berpartispasi dalam seminar yang diselenggarakan di Vatikan.
Pada pertemuan yang berlangsung di KBRI Indonesia di Den Haag tersebut, kedua menteri bertukar informasi apa saja yang sudah dilakukan dan rencana kerja bersama dalam menghadapi ancaman rencana penghapusan pembelian produk biodiesel sawit ini.
Kolombia sendiri adalah salah satu negara penghasil sawit terbesar bersama Thailand, Nigeria, Papua Nugini, Guatemala, Pantai Gading dan Honduras. Zuluaga bercerita bahwa Ia baru saja melakukan hal yang sama, yaitu bertemu dengan beberapa unsur EU di Brussels dan bertemu dengan anggota Parlemen di Belanda.
Kolombia merupakan penghasil kelapa sawit ke empat terbesar di dunia dengan produksi 1,28 juta ton per tahun.
"Bagi negara kami, rencana EU ini cukup mengganggu, karena ada sekitar 5,000 hektar kelapa sawit di Kolombia yang dimiliki oleh petani atau pengusaha kecil menengah. Saya melakukan hal yang sama dengan Anda. Kami melakukan berbagai pertemuan dan meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang kelapa sawit, seperti dampak kelapa sawit untuk kesehatan, tuduhan ini sama sekali tidak berdasar," kata Zuluaga.
Adapun dampak penghentian pembelian produk kelapa sawit, jika diberlakukan untuk Kolombia adalah akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran industri dan perkebunan kelapa sawit menyediakan lapangan pekerjaan bagi mantan pemberontak Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) pada November 2016 seperti dituangkan dalam perjanjian perdamaian dengan pemerintah yang sah saat itu.