Seiring berjalannya waktu, akhirnya Suwardi bisa menemukan pabrik yang mau menyuplai tali packing untuk tasnya. Tiga sampai empat bulan, keadaan Suwardi dan keluarganya membaik.
Saat tahun 1997, omzet tertinggi kala itu bisa mencapai Rp 35 juta per harinya. Di mana dalam satu hari bisa menghasilkan tas sebanyak 5.000 tas. Memulai bisnisnya sendirian, pada tahun 2000, Suwardi mengaku sudah membentuk 31 kelompok yang menganyam tas berisi 100-200 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasar sangat bagus saat itu bisa keuntungan bisa 100% saat itu," ucapnya.
Berdayakan Ibu Rumah Tangga
Suwardi bercerita, dengan usahanya ini dia ingin memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar lingkungannya agar dapat menghasilkan uang dan memiliki kegiatan yang bermanfaat. Apalagi saat dia pertama kali membangun bisnisnya banyak pengangguran di sekitar rumahnya.
"Mereka (ibu-ibu) nggak hanya menganyam saja, mereka tetap ke sawah, yang antar anaknya sekolah ya antar, kemudian ketika waktu mereka senggang baru mereka menganyam," ungkapnya.
![]() |
Saat ini, Suwardi dan karyawannya tidak lagi menganyam sebuah keranjang biasa. Kini bentuk tasnya sudah beraneka ragam dan bermotif. Bentuk dan desainnya bermacam-macam, tentu dengan kualitas tali yang sudah lebih bagus, tetapi harganya masih sangat murah.
"Untuk harga paling murah dengan bahan tipis Rp 8.000. Kalau bahan bagus dengan desain dan dikreasikan Rp 50.000, Rp 80.000, sampai Rp 90.000. Paling mahal itu berdasarkan motifnya paling Rp 100.000 sampai Rp 150.000, itu harga di kami. Kalau di kampung Rp 500.000 ya nggak laku," jelasnya.
"Sekarang alhamdulillah buat makan sudah cukup pada 2013 sudah berangkat haji, sudah punya rumah, toko, showroom. Pusatnya di Ngawi," tambahnya.
Suwardi mengatakan dampak pandemi COVID-19 sangat terasa pada bisnisnya. Padahal sebelum pandemi omzetnya bisa Rp 200-250 juta. Suwardi juga mengungkap produknya sudah terbang keliling Indonesia, bahkan ke mancanegara.
"Paling banyak itu Mataram, Bali, Jakarta, alhamdulillah sudah ke seluruh Indonesia. Pada tahun 2000 pernah kirim ke New Zealand, tetapi sekarang sudah putus hubungan. Lalu ke Prancis sampai 15 tahun. Lalu pernah kirim ke Hawaii. Sekarang kirim ke luar negeri zonk selama pandemi," tuturnya.
Kini Suwardi hanya menjual produknya secara online melalui Instagram resmi @galeri_anyaman. Pesanan bisa dilakukan di nomor telepon yang tertera pada bio Instagram tersebut. Tidak hanya tas, Suwardi juga memproduksi box, keranjang, hingga suvenir lainnya.
(ara/ara)