Hingga akhirnya dia ikut sang istri yang mendapatkan beasiswa ke Australia. Roy di sana mempelajari seni dan teknologi keramik.
"Saya pelajari tuh bagaimana kok orang-orang bisa menjual keramik mahal," kata dia. Sepulang dari Australia, dia kembali bekerja di beberapa perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi pengusaha. "Saya dulunya juga pegawai, pernah jadi peneliti, pernah jadi manajer produksi, terakhir menjadi General Manager (GM)," tambahnya.
Namun Roy belum mau menjabarkan berapa omzet per bulan yang bisa dikantonginya. Kini Naruna bisa tembus pasar ekspor ke beberapa negara di dunia antara lain India, Hong Kong, Australia, Singapura, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Turki, Belgia, Korea Selatan, dan Spanyol. Bahkan akan ada ekspor ke Inggris dan Norwegia.
Dari beberapa jenis produk yang laku di pasar luar negeri mulai dari cangkir sampai alat makan. India merupakan negara yang paling sering membeli alat makan dan cangkir dari Naruna. Memang tidak mudah untuk proses pengiriman ke luar negeri.
Ada perizinan yang harus diselesaikan. "Sampai akhirnya kami buat simpel, jadi buyer ambil sendiri dan lunasi," jelas dia.
Saat ini dalam satu bulan produksi keramik di Naruna bisa mencapai 10 ribu sampai 20 ribu produk. Apalagi menjelang Ramadhan dan Lebaran, sudah banyak pesanan untuk hampers.
Naruna saat ini sudah memberikan dampak ekonomi untuk warga sekitar. Yaitu membuka lapangan kerja di Salatiga dan memberdayakan ibu-ibu di kampung untuk bekerja di rumah hingga mempekerjakan karyawan difabel.
Dia menjelaskan Naruna juga memberikan dampak baik untuk lingkungan karena semua bahan yang digunakan merupakan daur ulang, menggunakan limbah kayu industri dan mengolah ban bekas. Naruna kini tak cuma jadi tempat produksi tapi juga sudah menjadi showroom keramik, wisata keramik dan tempat belajar UKM.
Apa saja tips bisnis online? Cek halaman berikutnya.