Kisah Komang Sukarsana, Bercita-cita Jadi PNS Kini Jadi Pengusaha Kopi Bali

Saatnya Jadi Bos

Kisah Komang Sukarsana, Bercita-cita Jadi PNS Kini Jadi Pengusaha Kopi Bali

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 21 Jun 2022 16:41 WIB
Kisah Komang Sukarsana, Cita-cita PNS Eh Kini Jadi Pengusaha Kopi
Kisah Komang Sukarsana, Cita-cita PNS Hingga Kini Jadi Pengusaha Kopi Bali/Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Komang Sukarsana kini sukses membuat kopi Bali menjadi terkenal di Indonesia dan dunia. Setelah lebih dari 10 tahun, dia berhasil membuat kopi Bali Kintamani menjadi usaha yang bisa memberdayakan orang-orang di sekitarnya.

Dia menyebut dengan konsisten menjalankan hobi maka bisnis bisa lebih fokus dan terus bertumbuh. Kejujuran juga selalu dijunjung tinggi oleh Komang.

"Untuk bisnis semuanya paling penting adalah kejujuran. Apalagi sekarang untuk kopi ini harus jelas kapan panen dan bagaimana pemberdayaannya, jadi kopi tidak hanya tentang rasa," kata dia kepada detikcom, Selasa (21/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dulunya Komang tidak sama sekali bercita-cita punya usaha kopi, ia sempat ingin menjadi abdi negara. Beberapa pekerjaan sudah dia tekuni seperti menjadi tenaga honorer di sebuah sekolah.

Kemudian dia juga pernah berbisnis sayuran sampai membuka sebuah warung yang menyediakan makanan. Nah dari sinilah dia mulai menemukan peluang besar di bidang kopi.

ADVERTISEMENT

Saat itu ada seorang wisatawan asing yang ingin mencari kopi Kintamani. Komang langsung menanyakan kepada wisatawan itu. Setelah pembicaraan panjang lebar, dia diajak untuk menjadi orang yang menyeleksi kopi berkualitas tinggi dan bisa dijual ke Australia.

Kisah Komang Sukarsana, Cita-cita PNS Eh Kini Jadi Pengusaha KopiKisah Komang Sukarsana, Cita-cita PNS Eh Kini Jadi Pengusaha Kopi Foto: Dok. Pribadi

Komang diajarkan bagaimana menyemai bibit, budi daya, mengolah untuk standar ekspor sampai mendampingi petani. Dalam menjalankan bisnis ini, Komang menyebut tak mengeluarkan modal berupa uang karena saat 2013 hanya memiliki ide. Kemudian dia mengikuti lomba wirausaha pemula di kabupaten dan menjadi pemenang hingga mengantongi hadiah Rp 10 juta.

Nah dari situlah dia gunakan untuk merintis bisnis. Lalu banyak lomba-lomba yang diikuti. Hingga akhirnya dia menjadi mitra binaan Bank Indonesia (BI) pada 2014 dan mendapat banyak pelatihan menjadi wirausaha yang tahan banting, dibimbing, dan didampingi akses permodalan sampai promosi.

Beragam produk Bali Arabica di halaman berikutnya.

Sekarang melalui merek Bali Arabica dia memiliki beberapa produk kopi dan turunannya seperti roasted bean dan powder untuk hotel, kafe, dan restoran.

Selain itu dia juga membuat wisata kopi untuk memberikan pengalaman pada turis-turis yang datang ke Bali, terinspirasi dari tur-tur anggur yang ada di luar negeri.

"Di luar negeri kan selain jual produk anggur, ada tur anggur. Saya coba adaptasi polanya, seperti menjelaskan bagaimana kopi bisa dekat dengan wisatawan. Jadi diajak ke kebun kopi melihat bagaimana prosesnya dari kebun sampai ke cangkir," jelasnya.

Nah dari tur itu, pria kelahiran 18 Juni 1985 ini memang lebih banyak menceritakan terkait kopi atau berbagi pengetahuan, jadi tidak berorientasi jualan. Untuk harga yang dipatok mulai dari US$ 15-20 atau Rp 225.000-300.000 (kurs Rp 15.000) per pak, jadi aktivitasnya adalah mencicipi beberapa varian kopi dan termin waktunya dua jam.

Lalu ada juga yang harganya US$ 42 (Rp 630.000) durasinya lebih panjang seperti 6-7 jam dan ada informasi makanan lokal di restoran sekitar.

Untuk jualan produk dia memaksimalkan jalur penjualan online di sejumlah marketplace. Ini juga dia genjot saat pandemi yang terjadi pembatasan berskala besar. Menurut Komang sebagai pebisnis harus siap menghadapi tantangan yang bisa berubah dengan cepat.

Pebisnis harus mampu mengikuti pola kekinian yang ada di berbagai platform. Misalnya siap dengan promo gratis ongkir sampai potongan harga. Hal ini demi rating yang bagus dari pembeli.

"Walaupun misalnya kita jual kopi tapi pembeli mengomentari kemasannya, ya harus sabar dan terus diperbaiki," jelas dia.

Kemudian dia juga memanfaatkan agregator, seperti diaspora-diaspora Indonesia yang memiliki restoran di luar negeri.


Hide Ads