Gokil, Tas Tradisional Dayak Bidayuh Tembus Pasar Jepang

Tapal Batas

Gokil, Tas Tradisional Dayak Bidayuh Tembus Pasar Jepang

Dea Duta Aulia - detikFinance
Sabtu, 01 Okt 2022 10:18 WIB
Tas Tradisional Khas Suku Dayak Bidayuh
Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho
Bengkayang -

Meskipun gerak tubuhnya sudah tidak lagi segesit saat muda, namun jari Antonia Joias (66) saat menganyam rotan untuk dijadikan tas juah nampak begitu lincah. Matanya detail melihat setiap rajutan rotan yang dianyamnya. Hal itu semata-mata agar menghasilkan tas tradisional juah khas suku Dayak Bidayuh dengan detailing yang pas dan rapi.

Antonia Joias mengatakan kemampuan dirinya dalam membuat tas tradisional tersebut sudah dimiliki sejak kecil. Awalnya ia mendapatkan ilmu tersebut dari nenek dan ibunya. Tak hanya belajar menganyam, Antonia kecil juga kerap membantu nenek dan ibunya untuk mencari rotan ke hutan dan gunung.

Tas juah sendiri memiliki ukuran dan nama yang berbeda-beda. Kalau yang ukuran kecil itu namanya jumuak, ukuran sedang juak mutuam, besar base, dan tinggi sajuah. Seluruh jenis tas tersebut bisa dibuat oleh Antonia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bikin tas ini mulai belajar dari orang tua dulu sekitar umur 8 tahun. Selama besar saya ikut nenek belajar lagi dengan nenek dan mama udah pandai bikin yang bagus. (untuk bahan) Kita cari rotan di gunung, kita belajar belah-belah rotan semua belajar dengan orang tua supaya kita pandai," kata Antonia Joias saat ditemui detikcom di Jagoi Babang beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan pertama kali bisa membuat tas tersebut, karyanya tidak langsung dijual. Antonia kecil lebih cenderung memanfaatkan tas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

ADVERTISEMENT
Tas Tradisional Khas Suku Dayak BidayuhTas Tradisional Khas Suku Dayak Bidayuh Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho

Ketika memasuki usia 10 tahun, Antonia baru memberanikan diri untuk menjual tas buatannya. Meskipun begitu, ia menjualnya hanya sebatas ke keluarga yang datang ke orang tuanya.

"Ketika bikinan tas rotan sudah cukup pandai barulah bisa dijual. nanti kalau sudah jadi (tas rotan) ada keluarga yang beli. Dari umur 10-11 tahun sudah bisa bikin tas juak dan dijual. Dulu (waktu kecil) jualnya hanya ke keluarga tidak seperti sekarang," jelasnya.

Memasuki usia dewasa, Antonia memberanikan diri untuk menjual tas tradisional juah ke luar yakni Malaysia. Antonia mengatakan mampu membawa puluhan tas untuk dijual di Malaysia.

Kecamatan Jagoi Babang merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Daerah tersebut merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Lokasinya yang berdekatan dengan negara tersebut membuat banyak masyarakat di Jagoi Babang berinteraksi dengan Malaysia secara langsung.

"Saya asli orang Jagoi tapi nenek saya orang Malaysia. Ketika umur 35 thun saya sudah bisa bikin tas banyak 30-50 saya jual ke Serikin dulu saya jual 14 ringgit per tas," katanya.

Memasuki usia senja, Antonia memutuskan untuk tidak lagi menjual produk bikinannya ke Malaysia. Namun ia ingin fokus menjual tas juah di dalam negeri yakni ke Pontianak. Untuk harganya saat ini, ia menuturkan tas juah dibandrol berkisar Rp 200 ribu sampai Rp 600 ribu tergantung ukuran.

"Sekarang di Serikin tidak jual. Saya tidak mau masukan barang ke Malaysia," katanya.

Untuk saat ini, ia menuturkan memiliki pelanggan setia di Pontianak. Pelanggan tersebut biasanya memesan tas juah dalam jumlah besar.

"Kalau dengan bos saya di Pontianak saya bikin 30-50 dalam bulan bisa saya buat langsung dibayar," katanya.

Ia menuturkan tas juah tersebut pun nantinya bakal diolah lebih lanjut oleh pembeli dari Pontianak. Jika sudah pembeli asal Pontianak itu kembali menjualnya ke Jakarta hingga luar negeri termasuk Jepang.

Tas Tradisional Khas Suku Dayak BidayuhTas Tradisional Khas Suku Dayak Bidayuh Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho

"Sudah sempat tembus ke luar negeri ke Jepang, bos saya yang di Pontianak masukan ke Jepang," jelasnya.

Meskipun telah masuk ke pasar global, ia menuturkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di Pontianak kerap merasakan kendala kekurangan modal. Antonia pun mencoba meminta tolong anaknya Magdalena Ratna untuk mendapatkan modal.

Magdalena Ratna pun mengajukan pinjaman ke Bank BRI untuk membantu orang tuanya menjalankan roda bisnis keluarga. Adapun dana pinjaman yang didapatkan dipergunakan untuk membeli bahan baku keperluan pembuatan tas juah.

"Saya melakukan pinjaman ke Bank BRI. Awal mengajukan Rp 25 juta, realisasinya Rp 10 juta. Baru pertama kali. Dipakai untuk pengembangan usaha, untuk beli bahan baku. Soalnya sekarangkan bahan baku rotan beli semua. Inikan (tas juah) tidak satu jenis rotan saja yang dipakai. Ada dua jenis rotan," tutupnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!


Hide Ads