Jangan meremehkan siapapun adalah kalimat yang tepat untuk merupakan deskripsikan jalan hidup Dimas Asrur Fauzi. Dari Kalimantan Timur, tidak ada yang menyangka kualitas produk in ear monitor (IEM) alias headset custom handmade buatannya bisa bersaing dengan merek global, bahkan digemari berbagai musisi nasional.
Bermodalkan YouTube, Pacuel sapaan karibnya, sukses merancang IEM yang kini digunakan banyak musisi dari berbagai genre, di antaranya Last Child, Vierra, For Revenge, Saint Loco, YouTuber Qory Gore, bahkan Coboy Junior.
Padahal, Pacuel tidak memiliki banyak modal. Ia awalnya merintis usahanya yakni Posilian, setelah mundur dari pekerjaannya di sebuah perusahaan telekomunikasi sebagai teknisi handphone biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sebelumnya berkarier sebagai teknisi handphone di sejumlah perusahaan. Sempat juga menjadi supervisor tapi karena menikah satu kantor, saya memutuskan resign," ucap pria asal Samarinda ini kepada detikcom, Senin malam (26/2/2034).
Setelah resign, Pacuel membuka jasa reparasi handphone dan elektronik kecil-kecilan pada akhir 2020. Mayoritas pelanggannya adalah teman-teman di sekitar. Selain itu, ia juga menjual beberapa produk audio.
Namun, pada September 2021, semuanya berubah. Pria berumur 31 tahun ini nekat banting stir untuk merancang IEM. IEM adalah headset yang khusus yang digunakan oleh musisi atau penggemar audio (audiophile).
Bermodalkan pengalamannya sebagai bassist sebuah band beraliran math rock yakni Murphy Radio dan band beraliran metal yakni Derkaizer, Pacuel mencoba merancang sebuah headset khusus yang berharga murah namun berkualitas bagus.
"Saya bisa jualan headset bisa, kenapa nggak sekalian bikin sendiri aja? Jadi waktu itu nyoba-nyoba, lah, liat tutorial di Youtube. Eh boncos besar," ungkapnya.
Karena terkendala masalah modal, Pacuel pun sempat mencari beberapa investor. Namun, produknya dinilai tidak menarik karena produk terlalu niche alias hanya digemari pasar tertentu. Alhasil, Pacuel memutuskan merogoh tabungan sendiri.
Pacuel rugi nyaris Rp 30 juta. Sejumlah itu dikeluarkannya untuk melakukan research and development headset tersebut. Selama 1 tahun 7 bulan, usahanya merugi. Dalam tujuh bulan pertama, produk miliknya bahkan terjual cuma beberapa belas unit saja.
"Kadang ngasih ke teman, kadang dijual dengan setengah harga. Waktu itu satu IEM harganya Rp 350 ribu dan jujur saja, sangat sedikit yang support apalagi di kota sendiri. Sempat diremehkan juga 'memang bisa?'. Lumayan sedih, bahkan sempat mau kembali bekerja tapi, kok, nggak keterima. Jadi, ya, bodo amat lah, kerjain saja apa yang di depan" ungkapnya.
![]() |
Bukan Cuma Hubungan Transaksional
Setelah nyaris dua tahun pontang-panting berjualan, Pacuel memutuskan menempuh strategi baru; berjualan secara online. Hal ini terbukti meningkatkan penjualan.
Dari yang satu customer per bulan, penjualan bisa mencapai empat sampai lima pembeli. Nasib pun baik tiba pada medio 2022, kala itu, dia dihubungi oleh salah seorang customer asal Depok, Jawa Barat. Usut punya usut, sosok tersebut ternyata adalah salah satu sound engineer Vierra.
"Dia awalnya memesan biasa saja. Tidak ada spesial, tapi kok tiba-tiba penjualan meningkat. Dugaan saya, dia merekomendasikan produk ini ke teman-teman produser musiknya," jelasnya.
Jumlah pembeli IEM Posilian melesat pesat. Peminatnya adalah musisi dari berbagai daerah dari Medan sampai Papua Barat. Sejumlah musisi nasional bahkan mulai melirik produk Pacuel. Salah satunya adalah Last Child.
Band tersebut menghubungi saat sedang bermain di Samarinda. Mereka menawarkan Pacuel untuk bertemu karena tertarik dengan IEM ciptaannya.
"Kemudian bertemu di salah satu hotel, saya bawakan sampel produk, mereka suka dan saya mulai melakukan build IEM untuk Last Child," bebernya.
"Kemudian saya ditanya 'mau saya bayar gimana, apakah dengan exposure?' saya nolak. Saya bilang 'ambil saja, mas'. Dipakai band sekelas anda saja saya sudah bangga. Ini yang saya rasa membantu banget penjualannya dari mouth to mouth. Hubungan kami bukan sebatas penjual-pembeli alias transaksional," kisahnya.
Tidak disangka, hal tersebut justru membuat reputasi Posilian meledak. Pacuel lagi-lagi dikontak oleh musisi nasional. Beberapa di antaranya seperti Virgoun, Vierra, Oom Leo dari Goodnight Electric, dan Coboy Junior.
Para musisi mengaku sangat tertarik IEM. Kualitas audio yang dihasilkan tidak kalah dengan merek luar negeri, padahal harganya sangat terjangkau. Berbagai testimoni ini membuat Pacuel pede mengikuti kompetisi ternama. Salah satunya adalah Superpreneur 2023.
"Mungkin diminati karena sifatnya custom, artinya personalized atau menyesuaikan permintaan para musisi. Waktu itu saya seneng banget ketika dibilang salah satu gitaris 'headsetmu murah tapi kok lebih enak dari yang kubeli di Singapura ya. Harganya Rp 3 juta, lho' ha ha ha. Dari customer berakhir jadi kawan," terangnya.
Puluhan Unit Per Bulan
Berbagai pertemannya dengan musisi nasional itu pun terbukti sukses mendulang cuan. Pacuel kini bisa menjual rata-rata 20-25 unit IEM per bulan. Dua produk IEM miliknya dijual di angka Rp 380 ribu dan Rp 550 ribu. Dalam satu bulan, ia mengaku bisa memperoleh omzet Rp 8 juta.
"Penjualan paling banyak sebulan sempat mencapai 40 unit. Buat untung bersih kira-kira setengahnya lah ya. Tapi ini tidak pasti juga karena merintis," jelasnya.
Pacuel pun mengakui bahwa jumlah omzet yagg diperolehnya belum begitu besar. Namun, yang perlu jadi catatan, ia mengerjakan semuanya sendiri. Mulai dari membuat IEM dengan tangan, mengemas barang, menghubungi pelanggan, hingga mengirimkan produk.
Dalam jangka panjang, Pacuel mengaku ingin meningkatkan terlebih dahulu brand awareness terhadap produknya. Apalagi hanya ada dua produk IEM lain yang handmade alias dibuat dengan tangan lain di Indonesia. Satu perusahaan berada di Jakarta, adapun yang lainnya berada di Yogyakarta.
Namun melihat situasi itu, Pacuel mengaku tidak mau minder. Faktor geografis menurutnya tidak boleh menjadi alasan. Apapun ceritanya, kualitas produk adalah faktor utama bagi sebuah usaha untuk berkembang luar biasa. Faktor pendukung lainnya, keahlian pengusaha untuk menjalin berbagai relasi, dan mengelola media sosial. Dalam waktu dekat, Pacuel pun berencana memproduksi IEM dalam skala besar.
"Jadi saya optimis, suatu hari bisa lebih besar dari ini. Semua ini akan bermakna suatu hari nanti" pungkasnya
Sebagai informasi, berbagai IEM Posilian bisa dibeli di toko online. Sejumlah di antaranya, INF1NITY dengan harga Rp 280 ribu dan INF1NITY PRO dengan harga Rp 400 ribu, dan ATOM dengan harga Rp 550 ribu. Pemesanan dapat dilakukan di Instagram @posilian.id.
Simak juga Video: Masih Banyak Pedagang yang Tak Tahu Kebijakan Wajib Sertifikat Halal