Saat krisis ekonomi tahun 1998, Edmund Sutisna, kala itu Direktur Pembangunan Jaya, menuturkan Ciputra berbagi tugas dengan manajemen Pembangunan Jaya dan Metropolitan. Penyelesaian masalah di Pembangunan Jaya diserahkan kepada direksi, demikian pula di Metropolitan.
"Pak Ci konsentrasi menyelesaikan masalah di Grup Ciputra. Dia memberi kepercayaan kepada kami di Grup Jaya untuk menyelesaikan sendiri. Tapi kalau ada masalah kami konsultasikan dengan beliau," kata Edmund kepada detikcom, beberapa waktu lalu.
Meski sangat sulit dan melelahkan, menguras emosi dan air mata, dengan tertatih-tatih, tiga kelompok usaha Ciputra yakni Pembangunan Jaya, Metropolitan, dan Grup Ciputra, perlahan keluar dari krisis. Banyak hal mesti dikorbankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah badai krisis, Ciputra tetap mati-matian mempertahankan reputasi yang dibangunnya bertahun-tahun.
"Cara Pak Ci menghadapi badai adalah tidak dengan lari, tapi menghadapinya," kata Antonius Tanan, Direktur Senior Grup Ciputra, kepada detikcom.
Berbagai cara dan skema ditawarkan Ciputra dan timnya kepada para kreditur untuk menyelesaikan utang.
"Salah satu prinsip yang beliau ajarkan saat itu adalah bila kita tahu bahwa kita akan kesulitan bayar utang, maka jangan tunggu sampai dicari dan ditagih, tapi temui lebih dulu kreditur dan beri tahu kondisinya lalu cari jalan keluar bersama," katanya.
Krisis ekonomi yang nyaris menyapu bersih usahanya tak hanya membuat Ciputra lebih dekat dengan agama, tapi juga memberikan banyak pelajaran kepada dia.
"Orang-orang mengatakan setelah krisis Ciputra menjadi lebih penyabar. Itu benar," kata Ciputra. Krisis juga membuat Ciputra dan anak-anaknya sangat berhati-hati dalam berutang.
Badai itu sudah bertahun-tahun lalu berlalu. Semua usaha Ciputra sudah bangkit kembali, bahkan tumbuh makin besar hingga saat ini. (dna/dna)