'Mission Impossible' Jakpro Bangun LRT hingga Velodrome

Wawancara Khusus Dirut Jakpro

'Mission Impossible' Jakpro Bangun LRT hingga Velodrome

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 20 Apr 2018 09:46 WIB
Mission Impossible Jakpro Bangun LRT hingga Velodrome
Foto: Eduardo SImorangkir/detikFinance
Target kinerja Jakpro di 2018?
Di 2018 kita fokusnya memastikan bahwa penugasan kita untuk Asian Games beres. Kedua, kita memastikan di 2018 beberapa rencana bisnis untuk pencapaian pendapatan bisa kita lakukan utamanya dengan pertimbangan bahwa tahun ini kan tahun politik. Jadi kita juga deg-degan karena bisnis itu ada kemungkinan mengalami stagnansi menjelang kampanye atau pertengahan tahun. Sehingga saya bilang ke teman-teman, kita musti punya fokus utamanya di semester I. Karena begitu masuk ke kampanye politik dan sebagainya, akan ada perlambatan.

Bisnis apa yang akan diandalkan?
Bisnis kita yang akan kita genjot ada di area ICT (information, communication, telecomunication) seperti fiber optic, menara, beberapa IT inisiatif, digital economy. Ada juga beberapa proyek properti yang kita kerjakan, juga proyek-proyek utilitas yang kita kerjakan.

Target pendapatan tahun ini?
Lebih dari Rp 1,5 triliun untuk revenue.

Kalau laba bagaimana?
Laba tahun lalu kita agak besar karena kita punya pendapatan yang agak bagus. Untuk tahun ini relatif, kita lihat mungkin ada di level Rp 200-300 miliar maksimum. Minimumnya mungkin sekitar Rp 250-an miliar. Masih moderate.

Kabarnya proyek penugasan nggak kasih kontribusi besar pada laba?
Iya lah. Karena kalau penugasan kan bukan cari untung. Dari awal kita sudah sampaikan ke pemerintah daerah, kalau pekerjaan yang menghasilkan keuntungan, saya nggak akan minta apapun.

Tapi ketika saya harus memiliki target yang tidak ada potensi pendapatan, then we are talking, we need to get back up. Dan itu yang membuat pemerintah untuk bilang, jalani apa yang bisa dijalani, tapi juga memastikan proyek-proyek yang dibiayai dengan BUMD itu dikerjakan dengan tepat waktu.

Pendanaan untuk Asian Games masih terkendali?
Masih terkendali banget.

Aksi korporasi untuk pendanaan proyek Asian Games ada lagi dalam waktu dekat?
Pendanaan sudah kita amankan semua. Tinggal eksekusinya saja dan saving yang bisa kita berikan.

Jakpro termasuk salah satu BUMD yang akan IPO dari target yang disebut Wagub ada 5 BUMD DKI yang IPO sampai 2022?
Kalau sampai 2022, for sure we will be a part of those company. Karena kita prediksikan mestinya by tahun depan sudah bisa mulai IPO. Yang jadi masalah itu kan marketnya. Kita nggak pengen jualan pada saat marketnya lagi berisiko. Kalau tahun ini agak challenging.

Pertimbangan tahun depan?
Ya apapun proses politiknya, mustinya sih proses politik yang aman. Jadi saya pikir tahun depan kondisinya akan jauh lebih baik dari pada yang sekarang.

Salah satu hal yang kita harus pikirkan dengan cerdas adalah apakah kita mau IPO-kan holdingnya atau IPO kan anak usahanya. Kita kan musti lihat market, capability, dan banyak hal.

Kalau untuk holding maunya kapan?
Belum bisa ngomong. Tapi yang IPO nanti bisa anak usaha, bisa holdingnya. Karena IPO itu you need to understand, itu adalah salah satu cara mendapatkan dua hal. Pertama adalah tambahan capital yang dibutuhkan, dan kedua adalah memiliki owner yang profesional.

Jakpro dalam hal ini lebih ke arah yang kedua. BUKU saya (Jakpro) yang sekarang nilai asetnya sekitar Rp 16 triliun. Leverage debt to service ratio saya sangat rendah karena pinjamannya kita baru pakai sekitar Rp 300-an miliar. Itu pun lebih ke courtesy supaya ada pinjaman antar BUMD. Jadi dalam konteks itu sebenarnya, kita masih punya kapasitas yang besar.

Nah kalau kita punya kapasitas pinjam yang besar, kita mau ngerjain apa sekarang? Pasti kan bukan proyek-proyek penugasan yang tidak memiliki capability untuk menghasilkan return. Oleh karena itu kita juga harus melihat, ini harus yang punya return bagus. Salah satunya ya TOD (transit oriented development).

Memangnya dana hasil IPO nanti mau dipakai buat apa?

Paling utama yang kita lihat memang TOD. Karena dia kebutuhannya besar sekali. Kita akan cari area-area yang bisa mendorong terjadinya real transit oriented development. Jadi ketika ada area-area yang ada perpindahan antar moda, di situ kita bangun TOD.

Kita saat ini punya MoU dengan KAI, punya kapasitas membangun TOD nya mereka, kita punya MoU juga dengan beberapa potential property owner dan kita lagi melihat, mana yang mau kita dahulukan, seperti apa konsepnya dan itu jadi bagian dari TOD strategi kita.

Jadi Jakpro berperan sebagai kontraktor?
Kita sebagai developer.

Targetnya?
Nggak banyak-banyak. Kita mulai dulu di 1 atau 2 lokasi. Tapi mungkin sizenya yang agak gede.

Anak usaha mana yang mau di IPO-kan?
Saya belum bisa bilang. Karena salah satu hal yang paling besar yang kita lihat paling memungkinkan adalah, ada bisnis-bisnis baru yang sepertinya juga bisa didengungkan ke ranah IPO. Misalnya tadi kita bicara TOD, mungkin nggak itu di-handle oleh anak usaha baru? Sangat mungkin. Kira-kira butuh permodalan yang kuat nggak? Sangat mungkin juga. Boleh nggak saya IPO? Bisa juga. Ini semua yang kita lagi lihat.

Kita lagi bicara dengan financial advisor untuk memahami apa yang terjadi dan bagaimana kita bisa memanfaatkan momen dengan lebih baik. Yang kita nggak mau, bahwa kita bergerak terlalu cepat, momentumnya tidak kita hitung dengan baik, sehingga jadi cuma mau IPO dan leveragingnya jadi murah.

Berarti waktu untuk IPO yang tepat di 2019?
Kami merasa di 2019. Karena begitu masuk di semester II 2018, biasanya trust market itu akan wait and see. Kita belajar dari history saja, pada saat ada pemilihan presidensial, selalu ada stagnansi di dalam market untuk melakukan asessment, adjustment mengenai business continuity.

(eds/zlf)

Hide Ads