Buka-bukaan Menhub soal Sanksi untuk Lion Air

Wawancara Khusus Menteri Perhubungan

Buka-bukaan Menhub soal Sanksi untuk Lion Air

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Senin, 19 Nov 2018 19:04 WIB
Buka-bukaan Menhub soal Sanksi untuk Lion Air
Foto: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (Ari Saputra-detikcom)
Sebenarnya dunia penerbangan itu adalah sarana transportasi paling aman, karena pengemudinya andal tapi kecelakaan banyak terjadi ketika adanya kebijakan LCC. Apakah ini perlu dikaji ulang?
Sebenarnya kalau dibilang pasca penerbangan murah itu nggak, kita itu dari 2016 sampai sekarang itu tidak. Apa lagi jika dibandingkan dengan negara-negara lain tidak ada kecelakaan yang serius ya, apalagi kalau kita bicara di Papua. Papua dulu itu kayak minum kopi setiap minggu ada kecelakaan sekarang kan udah nggak ada.

Sebenarnya satu setengah tahun kemarin kita berhasil melakukan suatu perbaikan yang signifikan. Nah ini memang menjadi suatu pelajaran yang harus kita kaji lagi bagaimana kita menghadapi masalah ini.

Nah apa yang dilakukan KNKT ini menjadi penting karena saya juga sudah melaporkan FAA dan ICAO tentang kejadian ini. Ada satu respon positif ya bahwa apa yang kita lakukan itu tetap dihargai.

Kita akan melaporkan lah apa yang terjadi pada saat Lion ini menjadi satu bagian yang harus menjadi introspeksi kita semua.

Kecelakaan itu kan menyangkut Pesawat Boeing yang baru ya, sementara kita tau nggak cuma Lion yang punya. Maskapai lain juga punya dari hasil pemeriksaan acak itu bagaimana? apakah ada masalah?
Jadi apa yang dihasilkan tentunya KNKT akan menjelaskan, tapi buletin dari Boeing yang menjelaskan bahwa proses paleting atau menahkodai pesawat itu ada fungsi-fungsi manual yang harus dilakukan.

itu dari buletin itu, karena itu sudah jadi buletin publik itu bisa saya nyatakan. Ini jadi kondisi tertentu yang akan dibahas lebih jauh dengan tim Boeing yang akan dibahas dengan FAA disini mendasarnya seperti apa. Dengan dasar itu, sudah dilakukan satu exercise atau suatu upaya-upaya perbaikan yang dilakukan oleh Lion sendiri.

Karena SOP dari kegiatan itu menjadi domain dari interal penerbangan. Kami memantau apakah mereka sudah dilakukan, mereka menambahakan rekomendasi mengenai satu langkah-langkah manual tersebut

Kalau sebagai menteri pernah nggak menggunakan Lion Air?
Saya memang sering pakai Garuda, tapi hampir saya share mereka itu kebagian sekali-sekali macam kemarin kebagiannya Batik. Kemudian waktu saya ke Surabaya itu kebagiannya Citilink, Lion itu sering saya pakai. Saya sering pakai beberapa kali pakai. Waktu itu saya ke Bali mondar mandir kira kira 3 minggu lalu saya pakai Lion

Dari masa bencana seperti ini masih memiliki keberanian untuk naik Lion?
Ya memang kalau harus pakai Lion ya pakai Lion. Menyesuaikan waktu saya kan karena saya selalu bernagkat pagi. Saya itu jarang menginap, kalau pulang malam. Kemudian pas nya dapat Lion ya kadang saya sengaja oh harus Lion oh harus Sriwijaya. Jadi tanya ke mereka-mereka, saya ikuti semua.

Nggak pilih-pilih harus Garuda?
Nggak, memang mayortas Garuda Indonesia. Karena kan, dia kan relatif banyak penerbangan dan dia plekcarier . Jadi saya utamakan Garuda.

Mengenai hal lain, pekan lalu pengadilan niaga Surabaya memenangkan proposal Merpati itu, banyak orang yang bertanya apakah sesederhana itu? apakah ada tahapan lainnya lagi setelah ini?
Kalau penerbangan ini memang ada satu tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Satu kita mengharuskan bahwa perushaan ini merupakan perusahaan yang sehat ya. Jadi proses restrukturisasi proposal itu memang harus kita ikuti dengan baik. Tetang hutang, tentang equity tentang kewajiban pada karyawan. Itu harus selesai, nah setelah selesai itu baru koorporasi baru bisa mengusulkan kepada kami tentang rencana itu.

Pada saat pengusulan pada kami maka kami secara detail akan mengkaji mengenai proposal pesawat apa yang akan digunakan. Jumlah Pesawat yang dimiliki minimal berapa kemudian disewa berapa ini sama nggak dibeda-bedakan dengan yang lain.

Ini adalah satu proses yang cukup detail karena ini berkaitan dengan klarifikasi terhadap pesawat-pesawat yang akan dilakukan. Tidak hanya itu saja tapi berkaitan mengenai awak pesawat, kalau kita tiba-tiba kita harus membuat banyak perlu juga awak peswat ini juga kita harus melakukan penelitian harus melakukan klarifikasi soal kompetensi awak-awak pesawat ini. Kita tidak sesederhana, seperti kita membuat taksi, begitu ada uangnya baru beli taksi ini ada prosesnya.

Jadi pasca pemutusan itu belum ada pembahasan dengan menteri BUMN terkait Merpati ini apakah akan BUMN atau swasta?
Belum, belum ada. Saya mendengarnya malah ini dari wartawan. Tentang proposal itu juga saya nggak pernah lihat, tentang keputusan itu pertama kali wartawan yang tanya ke saya. Ya kemudian saya jawab, saya menyambut baik tentang satu keadilan yang diperoleh apalagi ini adalah satu proposal dari swasta, welcome-welcome.

Andai jadi, kemudian slot penerbangan Merpati ini akan seperti apa perintis atau bagaimana?
Belum dapet konfirmasi dari Kementerian BUMN yang memang punya domain itu ya. Bisa bisa saja. Karena memang tujuan-tujuan di seluruh Indonesia itu banyak sekali yang belum terpenuhi. Indonesia bagian timur kemudian banyak kabupaten-kabupaten. Contoh Wakatobi, Wakatobi ke Bali itu nggak ada sampai sekarang itu padahal Wakatobi akan bagus kalau ada koneksi yang rutin ada di sana .

Contoh lagi, Bengkulu itu Bengkulu kekurangan supply itu jadi kedepan diharapkan supply itu lebih merata. Jadi banya titik-titik yang harus dilayani yang baru dan sekarang ini tidak semua cover semuanya

Hide Ads