Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek

Wawancara Khusus Arsitek Long Span LRT Jabodebek

Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 19 Nov 2019 14:10 WIB
Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek
Foto: Lamhot Aritonang

Presiden Jokowi posting karya Anda, bagaimana rasanya?
Alhamdulillah, saya cuma bisa bilang begitu. Karena sebetulnya kalau dilihat dari pencapaian saya saat ini, ya Alhamdulillah saya juga sangat bersyukur. Saya bisa menyelesaikan jembatan ini dengan tahapan-tahapan yang tidak mudah. Tapi sebelumnya pun sudah banyak jembatan saya yang saya desain juga tidak mudah. Cuma mungkin momentnya saja, dan lokasinya terlalu jauh, ada di pelosok Riau, kemarin Kalikuto yang di Semarang juga Pak Jokowi meresmikan. Ya tapi mungkin saat ini karena memang di Jakarta.

Semua orang bilang yang lewat jalan (di bawah jembatan) situ takut, takut jatuh. Tantangannya justru di situ, saat belum nyambung. Jadi sebetulnya kalau dibilang saya yang bisaan, ya menurut saya yang bisaan ya para kontraktor, para sub kontraktor yang bisa menerjemahkan saya maunya begini, harus begini, begitu. Mereka bisa mengikuti itu.

Jadi ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, dan setiap tahapan dia maju ada itungannya, maju lagi ada itungannya. Semuanya ada hitungannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabarnya sebelumnya ada 3 desain dan dibuat oleh orang asing, bagaimana ceritanya hingga Anda terpilih?
Jadi saya ini konsultan di Bandung PT Cipta Graha Abadi, senior masternya Pak Jodi Firmansyah. Mungkin semua jembatan di Indonesia yang bagus-bagus awalnya dari beliau. Beliau adalah orang kepercayaannya Pak Habibie dulu waktu bangun jembatan di Batam. Jadi orang lihat oh anaknya Pak Jodi ya enggak heran. Saya mungkin titisan pertamanya beliau, jadi semua ilmunya jatuh ke saya.

Nah Adhi Karya sudah sering bekerja sama dengan kami di beberapa proyek jembatan tol. Jadi dari 3 desain tadi dipilih sudah satu, tapi dengan tiang di tengah. Nah karena perlu bantuan jadi Adhi Karya minta bantuan saya bisa nggak bantuin yang ada di tengah. Saya bilang kalau pier jembatan di tengah saya tidak rekomendasi dan saya tjdak mau kerjakan. Karena pondasinya sulit ada jalan dan ada jembatan di atasnya. Jadi mengerjakan pondasinya setelah saya diskusikan dengan teman-teman di Geo Teknik harus menggunakan teknologi yang canggih pondasinya. Kalau tidak salah yang sanggup teknologinya kontraktor dari Jepang. Mungkin biayanya akan mahal.

Saya bilang saya mau bantu tapi tidak ada pier di tengah, melengkung. Di situlah terjadi pertentangan. Mereka menentang saya, tapi saya mah keukeuh. Bahwa itu harusnya bisa. Karena pertimbangan saya pertama jembatan seperti itu pernah dikerjakan, tapi tidak sepanjang itu. Hanya itu saja.

Contohnya di Adam Malik, ada jalan layang Bus Way itu sama, di antara jalan layang dan melengkung juga tapi cuma 128 meter. Ini kan 148 meter. Jadi kalau kata para pengawas dari Jepang, Korea mereka bilang bagaimana bisa nyambung, ini kan melengkung. Saya bilang saya yakin bahwa itu bisa. Mereka tidak percaya engineer Indonesia bisa dan tidak percaya kontraktornya bisa.

Waktu saya datang pertama kali seperti jualan obat datang sendirian, ditanya 'bisa desain jembatan?' kata si Perancisnya. Euleuh meni nggak terkenal gini saya. Datanglah salah satu direksi Adhi Karya bilang loh justru kita menunggu-nunggu bisa bekerjasama kembali dengan Ibu Dina. Di situ saya tunjukin slide-slide jembatan saya di situlah dari Systra (konsultan perencana LRT) percaya saya bisa desain jembatan. Tapi belum setuju karena agak lama pertentangan, akhirnya Adhi Karya percaya desain saya bisa dilakukan dan Adhi Karya bisa melakukan. Alhamdulillah terjadi.

Sebetulnya ada tidak long span melengkung yang lebih panjang dari itu?
Konon enggak ada. Kalau saya sendiri belum pernah mengerjakan. Tapi kalau bentang terpanjang lurus saya pernah sampai 180 meter dengan tipe seperti ini di Perawang, Riau. Itu 180 meter tapi lurus. Ini kan panjang melengkung.

Jadi yang dari Jepang bilang ini pertama kali di dunia kamu nggak bisa nyontoh. Ya ngapain nyontek. Tapi saya yakin bisa. Karena prinsip dasarnya ada, tapi ini panjang, memang tingkat risikonya yang akan lebih lama dan lebih besar.

Mungkin yang berbahaya juga tidak boleh ada satu pun benda jatuh, karena di bawahnya kan jalan tol dengan kecepatan tinggi, satu baut jatuh pun bisa menganggetkan pengemudi. Artinya pelaksanaannya harus betul, itu juga saya apresiasi dengan timnya Adhi Karya alhamdulillah sampai saat ini 1 butir baut pun tidak jatuh ke jalan.

Hide Ads