Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek

Wawancara Khusus Arsitek Long Span LRT Jabodebek

Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 19 Nov 2019 14:10 WIB
Cerita di Balik Long Span Terpanjang Dunia di LRT Jabodebek
Foto: Agung Pambudhy

Prosesnya berapa lama sampai akhirnya desain Anda dipakai?
Mungkin sekitar hampir 2 tahun. karena kami harus melalui proses satu lagi ke Komite Jembatan. Jadi jembatan khususnya dengan bentang di atas 100 m, harus KKJTJ (Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan). Di situ diuji lagi, justru lebih susah.

Kalau sama Jepang Perancis dan segala macam mungkin mereka nggak paham bahasa saya dan saya nggak paham bahasa mereka. Kalau KKJTJ ini para pakar dari berbagai universitas, dari UI, ITB, UNDIP, UGM dan mereka tahu persis. Jadi pondasinya ditanyain, sampai akhrinya keluar sertifikasi layak desain dari KKJTJ. Barulah desain ini bisa dilakukan.

Jadi proses-proses penyesuaian sampai selesai itu yang memakan waktu lama, dan jembatannya gak bisa ngecor jadi semua, maju satu ada umurnya 3-4 hari baru boleh. saya bilang mah dijahit, nunggu kokoh dulu baru ditarik, baru dia maju, tarik dia maju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah long span LRT ini akan dipatenkan?
Tidak. Saya selalu bilang saya dikasih ilmunya juga gratis sama pak Jodi, sama pengalaman dan kesempatan. Kenapa saya enggak berikan kesempatan yang sama dengan yang lain. Siapapun yang mau nanya soal jembatan itu atau jembatan apapun kita akan jawab.

Ada pengalaman unik ada kasus sampai kami diperiksa polisi. Jadi ada seseorang menanyakan jembatan kepada saya dijadikan statement, menjadi keputusan proyek padahal saya enggak tandatangan. Terus polisinya nanya kenapa ibu jawab? ya dia nanya. Ibu ketemu orang nggak kenal terus nanya soal jembatan dijawab? Ya dijawab. Kok mau? Kenapa enggak mau. Kalau ilmu ada yang nanya ya jawab aja.

Apa Anda tidak takut jembatannya diklaim?
Karena prinsip dasarnya menghitung. Toh gambar saya sudah tersebar kemana-mana. Ke OCG sebagai pengawas, Systra sebagai checker, ke PU sebagai komite. Jadi energi saya tidak perlu dibuang untuk mematenkan itu. Karena sebetulnya memang tidak ada yang perlu saya tutup-tutupi.

Ketika peresmian lengkung Menteri PUPR bilang akan menghibahkan Dana Operasional Menteri, sudah terima?
Alhamdulillah sudah.

Long span LRT ini karya jembatan ke berapa?
Lupa. Saya bantu pak Jodi pertama kali namanya Tukat Bangkung di Bali. Itu bagus sekali, lokasinya bagus. dia punya tiang tingginya 70 meter. Itu tahun 2001 kira-kira. Tapi ada beberapa engineer yang bantu. Karena sebenarnya awalnya saya ini lebih ke bidang gedung. jadi lulus saya kerja 5 tahun di Jakarta bidangnya gedung. Terus pindah ke Bandung ketemu Pak Jodi bidangnya berubah jadi jembatan. Tukat Bangkung itu pertama kali saya mengenal bagaimana mendesain jembatan, baru belajar lah.

Apakah ada nilai tersendiri yang tidak didapat dalam mendesain gedung daripada di jembatan?
Iya ada beberapa hal. Karena saya structure engineer, kalau di gedung ngikutin arsitek, kalau arsitek bentuknya bunder saya harus bunderin. Kalau jembatan apapun bentuknya itulah bentuknya struktur. Jadi kita sebagai engineer sipil di situ kepuasan batin dan yang lebih menyenangkan saya.

Waktu 2002 membuat jembatan cable stay namanya Siak Sri Indrapura di Riau. Datang pertama kali pakai feri, liat anak sekolah pakai sampan, itu bisa terguling-guling kena arus. Begitu jembatan jadi, nyambung, orang bisa nyeberang lebih mudah. Tidak takut arus, tidak takut gelap. Ada kepuasanya menyambungkan orang. Kalau Nokia dulu tagline connecting people, tapi saya bilang bridge is the real connecting people. sejak saat itu saya bilanh saya konsen di jembatan. Bahkan saya ingin kalau anak buah saya sudah pada pinter-pinter, saya akan jalan ke yang jauh-jauh yang kecil-kecil aja syaa bikinin. Resep juga jalan jauh-jauh.

Hide Ads