Kapan sih diluncurkan?
Tauberes kan baru, baru dilaunching September, kita baru gerak November akhir 2019. Kita itu baru banget, bisnis proses baru, bisnis model baru, nggak diketahui banyak orang dikiranya kurir. Jadi orang itu salah persepsi, ngapain bikin Tauberes udah ada JNE, Pos Indonesia. Padahal Pos Indonesia masuk Tauberes, JNE ke Tauberes. Kita bikin semuanya simpel, nggak berat dibiayai.
Apakah inline Garuda? Kami bilang inline, karena kapasitas kargo, keterisian kargo, kita kerja sama banyak kurir, pengiriman barang, forwarder.
Sebelum ada Tauberes, lebih lari ke darat?
Iya larinya darat karena ada permasalahan mahal, kalau kaya gini harganya terjangkau mereka lari ke udara lagi. Darat harganya Rp 7 ribu per kg, dengan udara katakan Rp 8 ribu tapi itu kita yang nyelesaiin. Zaman dulu mereka keberatan katakan selisih Rp 1-2 ribu tapi harus deposit, dan deposit mahal, itu permasalahannya. Kurir-kurir ini harus deposit satu-satu maskapai, itu yang kita cut, itu yang kita selesaikan pakai Tauberes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fasilitator logistik
Pelangganya JNE dan lain-lain?
Iya betul, jadi kita ini bukan mau menggilas kurir, kurir itu justru temen kita, kalau nggak ada kurir barangnya dari mana.
4 bulan kurang umurnya?
Dan ini kemarin ada investor dari luar negeri yang mau invest Tauberes, ada salah satu perusahaan di luar cukup besar, dia mau invest Rp 2 triliun, untuk 20% saham, tapi kita belum OK, kita baru mediasi, ketemuan terus, malah ada berita kaya gini.
Oknum AA dan direksi yang terlibat di kasus kemarin yang sudah itu kasus mereka, jangan sampai perusahaan yang baru berdiri ini juga goyah, hubungannya kita sama kasus kemarin itu apa. Kita nggak ada sangkut paut sama sekali, kenapa terus jadi masuk pusaran itu. Sampai diberitakan edan ada cucu Garuda Tauberes yang nggak jelas, nggak jelasnya di mana. Kita direksi nggak pernah dihubungi sama sekali, kita nggak bisa ngasih klarifikasi yang jelas. Itu yang kemarin agak sesalkan dari banyak pemberitaan yang beredar.
Baru 4 bulan profit?
Sudah, sehari bisa ngirim 3-5 ton, berarti ada sekitar revenue masuk Rp 20 juta sampai Rp 40 juta sehari, baru dari 1 agen. Coba bayangin 10 agen sehari Rp 400 juta, modal kita cuma Rp 2 miliar, tapi revenue kita kenceng, Masuknya ke mana, kalau 100% dimiliki Garuda, ya pasti masuknya ke Garuda.
Berapa agen sekarang?
Sekitar 5-7 sudah ada di ekosistem kita, jadi ya alhamdulillah sudah OK pendapatan, kita juga nggak memberatkan perusahaan induk, dan sekali lagi bukan kurir kita fasilitator logistik, mediator logistik. Dan kita ini supaya tetap jadi murah terus secara operasional ya pakai teknologi, kita tech base startup katakan kaya Traveloka, Gojek, Grab kita ini juga startup, meramaikan industri startup di Indonesia, BUMN lah.
Sistemnya di aplikasi?
Ya teknologi semua, ada B to B dan B to C. B to C yang tauberes.co.id itu masih kita garap, itu belum jadi, itu masih beta. Tapi B to B sudah jadi, yang running sekarang yang memberikan profit ke kita yang dari bisnis ke bisnisnya.
Pengiriman lewat pesawat Garuda semua?
Iya, Garuda sama Citilink, ke depannya kalau misalkan sudah mulai berjalan, agennya mulai banyak juga, kita bisa kerja sama dengan maskapai lain.
Investor Rp 2 triliun siapa?
Itu undisclosed, masih belum disebutkan ke publik, tapi ada yang menawar seperti itu dari luar negeri, kita masih on going membicarakan dengan mereka.
Statement kementerian melihat anak cucu Garuda, kalau nggak profit ditutup, bagaimana?
Sebenarnya kan lihat tinggal bisnis modelnya bagus atau tidak, jangan lihat namanya. Kalau lihat namanya, nama kita nyeleneh, tapi dibalik nama kita yang nyeleneh itu ada konsep yang bagus, kita punya ambisi yang gede. Ambisi kita bagaimana caranya Garuda membuat jadi untung memerlukan banyak tenaga, simplifikasi ini baru bisa untung.
Selama bertahun-tahun Garuda mengalami kerugian terus. Harus ada bisnis proses yang diubah, nggak harus customer yang kita tembak, bisa barang, barang itu sekarang gede banget perputarannya tapi kita belum mengarah ke situ. Kalau masalah ditutup atau tidak kita serahkan ke Kementerian BUMN.
Yang jelas gini, kami ini inisiator anak-anak muda semua, kemarin kan Pak Erick Thohir, di milenial fest juga bilang kan, anak-anak muda milenial di Indonesia harus membuat gebrakan, dan milenial yang menjadi pemimpin harus memiliki akhlak.
Kita ini Insyallah punya akhlak yang baik, saya ini bener-bener cinta Indonesia, saya ini pengin Indonesia gimana caranya bisa gede, kalau nggak cinta Indonesia ngapain saya ada di Indonesia, ngapain saya mau masuk BUMN yang menurut stigma orang-orang disana BUMN busuk, BUMN nggak jelas. Kenapa saya justru masuk, karena saya cinta Indonesia, saya ingin membuat Indonesia jauh lebih besar lagi.
Berapa orang kru Tauberes?
Sekitar 15 orang, kecil banget, dan technya teknologinya di Jogja, jadi kalau di Jogja biayanya lebih murah, kita bagaimana pun caranya nggak ngeluarin uang banyak-banyak. Kantornya di Gunung Sahari Jakarta, tapi kalau kantor teknologinya, orang-orang technya di Jogja.
(zlf/zlf)