Tantangan Ekspor-Impor hingga Jaga Harga Pangan di Tengah Corona

Wawancara Khusus

Tantangan Ekspor-Impor hingga Jaga Harga Pangan di Tengah Corona

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 20 Apr 2020 16:27 WIB
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto
Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik

Bapak Presiden beberapa pekan lalu sudah menyampaikan, ada yang diminta realokasi anggaran, kalau Kemendag apa saja yang dipangkas untuk penanganan pandemi COVID-19 ini?
Ya memang ini, kita melakukan penghematan-penghematan. Terutama memotong semua kegiatan rapat-rapat, kegiatan kunjungan ke luar negeri, dan juga keikutsertaan pameran di dalam dan luar negeri, juga pelaksanaan-pelaksanaan itu sendiri kita tunda sampai tahun depan. Penghematan ini memang cukup signifikan. Selain itu, kita refocusing kegiatan juga dalam rangka program penanganan COVID-19 ini.

Refocusing kegiatan apa saja yang dilakukan?
Kita memberikan bantuan berupa alat kesehatan, kita meninjau ke pasar, memberikan masker, hand sanitizer, chamber box untuk disinfektan, kita memberikan penyuluhan protokol kesehatan. Jadi aktivitas di pasar ini juga harus social distancing ini harus kita jaga. Supaya ini kita melakukan kegiatan perdagangan ini tapi juga harus menjaga kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita telah memberikan Surat Edaran ke gubernur, wali kota, memberikan edaran agar jam buka atau jam kerja pasar ini termasuk minimarket, supermarket itu untuk tetap beroperasional. Pasar tradisional juga dibuka tapi dengan social distancing. Dan di pasar tradisional juga menggalakkan aplikasi online. Karena pemasaran di sini juga, orang yang di rumah ingin berbelanja dengan aplikasi, dan bisa diantar dengan fasilitas yang ada, dan ini juga kerja sama dengan ojek online. Ini kan peluang kerja juga bagi mereka. Jadi bisnis tetap berjalan.

Beberapa kementerian memberikan relaksasi atau stimulus untuk mencegah dampak Corona terhadap perekonomian. Misalnya Kementerian PUPR memberikan relaksasi KPR. Bagaimana dengan Kementerian Perdagangan?
Memang dalam situasi ini kita membuat regulasi dan juga melakukan deregulasi. Artinya, salah satunya juga merelaksasi impor dan juga memberikan larangan ekspor. Untuk relaksasi impor ini berkaitan dengan alat kesehatan terutama untuk menghadapi COVID-19 ini. Kemudian juga impor kita permudah terutama bahan pokok, salah satunya bawang putih dan bawang bombai. Karena waktu itu harganya sudah tinggi, dan ini tidak bisa dibiarkan lama tingginya agar tidak terjadi inflasi. Relaksasi ini tanpa mempersyaratkan Surat Perizinan Impor (SPI), jadi bebas.

ADVERTISEMENT

Dengan relaksasi impor ini, pengusaha melakukan impor dan usahanya lebih mudah dan cepat, supaya harga-harga bisa ada penyesuaian.

Apakah relaksasi impor ini izinnya saja yang dipermudah? Artinya cukai ini tetap diberlakukan?
Memang terkait stimulus ini tetap ada kemudahan, tapi kalau ini karena sudah diberikan kemudahan untuk impor, saya rasa tidak ada beban yang terlalu besar lagi. Dan beberapa hari yang lalu saya meninjau di Pasar Cipinang dan Food Station yang merupakan salah satu BUMD DKI Jakarta. Mereka ini memanfaatkan relaksasi impor ini, mereka menanggapi secara positif pembebasan SPI ini.

Karena memang kebijakan-kebijakan ini menciptakan dunia usaha menjadi sejuk. Dengan relaksasi ini kita menyejukkan pedagang-pedagang itulah.

Dalam pelaksanaan impor ini apakah ada keluhan dari para pengusaha? Apalagi di tengah pandemi Corona ini ada produk-produk yang dibutuhkan banyak negara sehingga akhirnya ada aksi rebutan lalu harga beli tinggi dan menyebabkan harga jual di dalam negeri mahal? Sementara daya beli masyarakat saat ini sedang melemah?
Memang ini ada 2 hal, pertama situasi COVID-19 ini dapat memperlambat, tapi tetap bisa berjalan. Kedua, antara demand dan supply. Saat ini demand besar tapi tidak terlalu besar, artinya dalam koridor yang cukup. Walaupun ada kenaikan ini hanya sedikit, tidak signifikan, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga masih bisa terjangkau. Dengan adanya relaksasi impor ini justru mempermudah dan mempercepat proses-prosesnya.

Memang beberapa negara agak sulit karena lockdown. Contohnya saja persetujuan impor untuk daging kerbau dari India. Ini sudah diberikan kepada beberapa BUMN. Ini juga kita masih pantau terus kapan atau tanggal berapa selesai lockdown di India. Mudah-mudahan dalam 2 minggu ke depan sudah selesai. Mudah-mudahan di bulan ramadan ini mudah-mudahan tidak ada halangan lagi.

Selanjutnya kondisi stok pangan jelang Ramadhan.


Hide Ads