Tantangan Ekspor-Impor hingga Jaga Harga Pangan di Tengah Corona

Wawancara Khusus

Tantangan Ekspor-Impor hingga Jaga Harga Pangan di Tengah Corona

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 20 Apr 2020 16:27 WIB
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto
Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik

Saat ini stok ayam melimpah. Salah satu penyebabnya orang kan cenderung malas ke pasar, sehingga mungkin stok di pasar kurang terserap oleh masyarakat. Apakah kondisi tersebut benar? Kalau iya, apa antisipasi Kemendag agar peternak tidak kena imbas atau bahkan merugi?
Sekarang yang terjadi baru-baru ini harga ayam memang anjlok, agak turun. Sudah satu bulan terakhir ini.Kita sedang melakukan antisipasi segera. Harga ini kan tergantung supply and demand. Tapi kita di sini pemakan ayam juga, konsumtif kea yam ini besar. Dalam situasi yang sekarang memang tidak menguntungkan. Karena hotel dan restoran ini kan terganggu dengan situasi ini.

Contohnya saja makanan cepat saji yang memang orang datang, beli lalu makan di situ. Tapi sekarang, apalagi dengan PSBB pasti ditutup. Di DKI Jakarta atau Jabotabek maupun Jawa Barat itu kebutuhan ayam tinggi. Contohnya ada restoran yang punya franchise banyak pasti turun. Kedua, itu tidak hanya franchise dari luar, dalam pun sama, tergerus dengan adanya ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini sedang kita bahas, beberapa hari ke depan ini akan memberikan solusinya, nanti bekerja sama dengan BUMN untuk menyerap ayam di peternak. Solusi ini sudah ada, artinya ayam-ayam hidup ini bisa terserap. Memang penduduk kita banyak, tapi situasi saat ini orang tidak bisa berkegiatan social seperti biasanya. Bertemu, di weekend dan sebagainya. Mudah-mudahan ini bisa teratasi dalam waktu dekat.

Antisipasi yang disiapkan selain bekerja sama dengan BUMN apa untuk menyelamatkan peternak ayam ini?
Itu salah satu opsi yang kita sedang finalisasi di rakortas Kemenko Perekonomian, nanti juga ada beberapa kementerian lainnya. Nanti kita juga akan mengeluarkan kebijakan. Dalam hal ini para peternak memang, sebelumnya kan sudah memprediksi waktu-waktu saat ini demand akan tinggi. Tapi 2 bulan terakhir ini, dengan adanya COVID-19 ini mengubah semuanya. Baik itu kita sendiri, pola kegiatan, pola makan kita, Akhirnya orang makan di rumah.

ADVERTISEMENT

Solusinya ada beberapa hal nanti kita akan bahas. Bagaimana memberikan solusi cepat. Memang ayam hidup ini bisa diserap, kita sedang membahas.

Bagaimana dengan harga dan stok telur?
Kalau telur supply tidak ada masalah. Harga ini memang di ayam hidup saja. Nanti bisa kita solusikan menjadi ayam potong, frozen, dan sebagainya.

Indonesia punya memiliki pasar-pasar yang keberadaannya ini dibutuhkan secara nasional, misalnya Pasar Tanah Abang. Dengan situasi ini hampir 90% tidak beroperasi. Apakah Kemendag punya solusi atau alternatif untuk pedagang yang tak bisa berjualan di Pasar Tanah Abang? Dan juga mungkin solusi untuk pedagang kaki lima?
Kita ini kan merevitalisasi pasar seluruh Indonesia. Memang dengan situasi ini kita pangkas dan kita tunda. Tapi mungkin tidak 100% kita tunda, karena mana kala situasi COVID-19 ini berakhir katakanlah bulan Juli-Agustus, ya segera, kita harus segera mengantisipasi. Tidak mungkin kita berhemat nanti malah tertunda ke tahun depan. Momentum recovery atau membangun lagi ini memang agak lama. Namun, berkaitan dengan para pedagang ini, atau yang di luar kios, yang berdagang kaki lima karena tidak ada tempat mereka ini pendapatan harian. Solusinya kita memberikan BLT dan juga Kartu Pra Kerja.

Ini sudah ada program pemerintah untuk mengatasi ini. Untuk pengusaha pasar pun diberikan stimulus ekonomi, dari bebas pajak untuk sementara, PPh-nya, ini sudah diatur oleh Kementerian Keuangan dan dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian. Nah ini sudah ada. Artinya mereka-mereka ini sudah dihitung, tinggal mendaftar. Bagi mereka yang terimbas COVID-19, tinggal mendaftar ke program-program tadi di Kemenko Perekonomian.

Di tengah pandemic COVID-19, neraca perdagangan kita relatif oke menurut Menko Perekonomian. Bagaimana tanggapan Mendag sebagai pejabat yang terlibat langsung dalam neraca perdagangan ini?
Memang surplus neraca dagang kita dengan ditopang oleh surplus non migas, ini memang bagus. Ada sektor non migas yang tetap bertahan di situasi COVID-19 ini. Kenaikan ekspor non migas dari Februari ke Maret ini terjadi, meskipun harga rata-rata untuk ekspor Indonesia non migas ini turun. Artinya kenaikan ekspor ini karena kuantitas atau volume, jadi bukan karena harga atau nilai tukar. Volumenya memang meningkat. Secara akumulatif ekspor Indonesia di Januari-Maret itu US$ 41,79 miliar, itu meningkat 2,91% dibanding periode yang sama pada tahun 2019.

Sedangkan impor Indonesia yang Januari-Maret ini mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 39,17 miliar, yang membuat pada kuartal I-2020 ini mengalami surplus. Otomatis surplus US$ 2,62 miliar. Sementara ekspor non-migas Januari-Maret juga tercatat baik, yaitu mencapai US$ 29,49 miliar atau meningkat 6,39% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Ekspor Indonesia pada Maret ini juga meningkat 0,3% dibandingkan Februari dari US$ 14,06 miliar menjadi US$ 14,09 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor non migas 1,22% yaitu dari US$ 13,26 miliar menjadi US$ 13,42 miliar.

Sementara jika dibandingkan dengan dibandingkan Maret 2019, ekspor non migas juga meningkat 3,38%. Adapun produk ekspor yang mengalami peningkatan di Maret 2020 dibanding Februari, antara lain bijih logam, besi, dan baja, kertas dan karton, serta mesin dan peralatan mekanis.

Sementara pada periode Januari-Maret 2020 dibandingkan periode yang sama di tahun 2019, produk ekspor non-migas yang mengalami peningkatan nilai di antaranya barang tekstil, besi dan baja, mesin dan peralatan elektrik, serta mesin dan peralatan mekanik lainnya. Jadi memang ada peningkatan ekspor non-migas di situasi ini. Karena ada peningkatan volume.

Bagaimana proyeksi ekspor pada bulan-bulan ke depan?
Dengan beberapa bulan ke depan, saya melihat pada situasi ini, karena tetap berjalan. Beberapa negara kan juga mengalami hal yang sama. Tapi tetap proses ekspor dan impor kita tetap berjalan. Artinya, 2-3 bulan ini saya optimistis akan sama. Paling tidak ya, tidak beda jauh. Dan ini memang cukup baik, artinya tidak turun drastis atau bagaimana.

Terkait hubungan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Bulog. Yang kita tahu di masa lalu hubungannya agak kurang harmonis. Ada semacam gesekan atau ketegangan, kalau sekarang seperti apa kondisinya?
Saya meyakinkan, di antara kementerian dan pejabat lain kita ini sinergi. Jadi tidak ada gesekan atau apa pun. Saya dengan Pak Mentan, dengan Bulog menjalin baik. Tidak ada gesekan apa pun, kita ini sahabat. Dalam hal ini, komunikasi ini penting. Kadang-kadang kan kalau kurang komunikasi menimbulkan persepsi yang salah. Jadi bisa ada misunderstanding, miscommunication, tapi ini tidak. Kita juga selalu berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian. Ini cukup baik. Kalau ada beberapa hal kita saling komunikasi. Kalau dilihat oh mungkin ada perselisihan, padahal tidak.

Jadi kita langsung saling tanya, ini apa, ini kenapa. Jadi kita bersahabat, dan beliau pun saya respect. Jadi tidak ada masalah sama sekali. Dengan begini kan kita bisa kerja nyaman. Di lapangan ini pasti ada sesuatu yang kita bisa selesaikan. Masalah itu tidak mungkin tidak ada yang tidak bisa kita pecahkan, nah ini kita pecahkan bersama. Apalagi di tengah virus Corona ini, kita harus bergotong-royong, saling bahu-membahu, dan bekerja sama. Termasuk di masyarakat juga. Jadi tidak ada apa-apa, kita berkomunikasi dan bekerja harus lebih baik.


(fdl/fdl)

Hide Ads