Pengusaha nasional Garibaldi Thohir kini 'akrab' dengan perusahaan teknologi. Hal itu terjadi karena dirinya masuk sebagai pemegang saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dan perusahaan logistik berbasis teknologi PT Tri Adi Bersama atau AnterAja.
Padahal, pria yang akrab disapa dengan Boy Thohir ini sangat erat dengan perusahaan batu bara. Boy Thohir yang merupakan Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk mengatakan, dirinya masuk ke GoTo mulanya karena diminta rekan-rekannya membantu perusahaan tersebut.
Namun, ia kemudian mengaku jatuh cinta dengan perusahaan ini karena memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian.
"Akhirnya mereka bilang, 'Tolong dong bantu nih bantu yang muda-muda', ya saya ikut aja. Saya ikut bantu. Dan ternyata ya saya jatuh cinta, dalam arti kata melihat anak-anak ini memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama UMKM, driver-driver ojol, itu luar biasa," kata Boy Thohir dalam program Ask d'Boss di kediamannya seperti ditulis Sabtu (30/4/2022).
Tak cuma bicara bisnis. Boy Thohir juga bercerita mengenai masa kecilnya. Meski kini kaya raya, rupanya masa kecil Boy Thohir seperti anak-anak pada umumnya.
Berikut petikan wawancara dengan Boy Thohir dalam program Ask d'Boss detikcom:
Pak Boy, selama pandemi menghabiskan waktu sehari di rumah berapa lama?
Waktu pandemi sih most of the time, ya nggak keluar-keluar rumah. Apalagi waktu di akhir tahun 2020 di bulan November saya sempat kena. Alumni. Sudah gitu alumni agak parah lagi. Jadi memang setelah itu, ya saya inilah kalau untuk mereka-mereka yang belum mengalami, jangan deh.
Jadi trauma atau jadi parno nggak?
Parno-an sih enggak, cuma memang jujur sempat down. Ya untuk mereka-mereka yang belum mengalami, itu kan sakit dalam ketersendirian kita, nggak ada temen, nggak ada apa. Di ICU 11 hari, 4 hari di rumah sakit terus baru ICU. Jadi 15 hari di rumah sakit. Sempat down. Akhirnya mungkin saya sebagai manusia biasa, juga akhirnya 'Apa sih artinya kesuksesan, apa sih artinya kekayaan'. Karena akhirnya yang nomor satu kesehatan dan keluarga, sama sahabat dan teman-teman dekat. Life kan begitu. Tapi ya semangat lagi.
Sekarang sudah mulai keluar rumah lagi atau gimana?
Sekarang sudah mulai 50% lah.
Nggak parno berarti ya?
Tidak parno karena memang menurut saya, semua sudah diatur Allah SWT. Yang penting kita tetap hati-hati, ikhtiar, serahkan aja.
Lahir dari keluarga pengusaha, masa kecilnya Pak Boy bagaimana? Sama nggak sama anak-anak seumuran lainnya?
Jadi sebetulnya kan jangan melihat saya sekarang. Jangan melihat keluarga saya sekarang. Kita juga walaupun berasal dari keluarga pengusaha, tapi kan ayah saya start dari nol, dari minus. Jadi waktu masa-masa kecil saya, saya juga mengalami, naik metromini, naik becak
Naik metromini itu ke mana?
Waktu itu tinggalnya di Tebet Timur, di depan Pasar PSPT. Dari rumah, kalau saya mau sekolah ke Asisi, dulu di Menteng Dalam, saya mesti naik pertama naik metromini dari depan rumah, sampai dekat Saharjo naik becak, habis becak terus jalan kaki nyebrang ke Menteng Dalam. Jalan kaki sampai ke dalam.
Sekolahnya sama dengan Obama?
Iya sama Obama. Jadi jangan melihat kayaknya kalau lihat saya nggak pernah susah.
Kenapa nggak dianterin naik mobil?
Karena kan waktu itu, ayah saya sudah kerja di Astra, beliau punya mobil, cuma mobilnya dipakai beliau. Ibu saya kebetulan juga, beliau dagang di Pasar Tebet Barat, naik becak juga, karena mobil cuma satu. Waktu itu mobil ayah saya itu Toyota Corolla yang kecil yang warna hijau itu loh. Mobil cuma satu, kadang pernah diantar naik motor sama om saya, tapi kebanyakan most of the time naik metromini, dan lebih seru.
Itu SD?
SD, SMP. SMA-nya ke SMA 3, Setiabudi.
Menjadi pengusaha prosesnya bagaimana? Karena digembleng sama orang tua, dasar keinginan pribadi, atau mungkin ada keinginan pribadi yang sekarang justru belum kesampaian?
Pada umumnya kalau kita masih anak-anak, kita masih mencari bentuk lah, gitu ya. Cuma memang saya bersyukur, alhamdulillah memang kedua orang tua kami, terutama ayah saya memang walaupun beliau istilahnya dari susah, dari Lampung, merantau ke Jakarta, tapi mungkin beliau dari muda, setelah berkeluarga pengin anak-anaknya juga berkarir di bisnis, di dunia usaha.
Karena ya mungkin pandangan hidup beliau. Dari kecil itu, yang saya ingat, tiap malam, setelah beliau pulang kerja, pasti kan kita ngumpul, makan sama-sama. Itu cerita, biasanya menceritakan tentang sosok-sosok pengusaha yang sukses, yang hebat, yang humble, yang sangat sayang kepada pegawainya apa segala macam. Terutama, sosok Pak William Soeryadjaya karena memang beliau besar di sana. Jadi kita itu, dari kecil ingatnya itu aja, karena diceritain terus, terutama Opa. Kita manggilnya Opa William.
Ayah saya bilang, 'Om tuh, kemarin ulang tahun. Om Rahmat supirnya ayah saya. Pak Rahmat telat balik ke mobil karena disuruh Om William ngasih uang ke sopir-sopir yang lain'. Sangat humanis, sangat generous, sangat down to earth, itu yang selalu diajarkan almarhum ayah saya.
Jadi mostly pengaruh terbesar Pak Boy meniti karir sebagai pengusaha dipengaruhi sama orangtua?
Orang tua dan lingkungan Astra.
Simak Video "Kisah Raja Batu Bara Jatuh Cinta dengan GOTO"
(acd/eds)