Kisah Edward Tirtanata, Bangun Brand Kopi dari Toko Kecil hingga Jadi Unicorn

Ask d'Boss

Kisah Edward Tirtanata, Bangun Brand Kopi dari Toko Kecil hingga Jadi Unicorn

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 29 Jun 2022 17:43 WIB
Edward Tirtanata/Instagram
Foto: Edward Tirtanata/Instagram

Kopi Kenangan akan buka cabang di luar negeri dalam waktu dekat?
Benar sekali karena, meskipun pada waktu itu Kopi Kenangan memang sangat kecil, modalnya juga pas-pasan, tapi kita mempunyai mimpi yang sangat besar. yaitu kopi dari Indonesia untuk dunia gitu. Karena kita percaya bahwa kopi disini tuh enak. Kita tanya bule di Eropa atau di amerika mereka juga tahu gitu ya Kopi Java, Sumatera, mereka tahu, dan enak gitu ya. Cuman mereka tahunya dari kopi yang dari Amerika dan Eropa, brand internasional gitu ya. Sementara kita merasa lah kalo kopi dari Java dan Sumatera enak banget, nggak ada brand kopi dari Indonesia. Makanya kita percaya, kita ingin ekspor dari Indonesia, bukan sebagai komoditas, tapi sebagai brand. Jadi makanya motto kita adalah for mantan to unicorn and beyond. Beyond-nya tuh kita berharap bahwa kita bisa jadi public company yang multinasional. Bukan hanya di Jawa doang, sampai dengan luar Jawa, luar Indonesia, sampai di luar Asia juga.

Ekspansi ke luar negeri berarti dalam bentuk gerai?
Ya, benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di mana mas?
Wah untuk itu tunggu tanggal mainnya ya.

Tahun ini?
Tahun ini pasti. kita harga mati harus buka di satu negara baru. dan semoga dua.

ADVERTISEMENT

Ini berarti dua negara baru yang kemungkinan akan di bangun cabang barunya?
Ya, benar.

Ini berarti ritel kopi pertama dari Indonesia yang punya cabang di luar negeri?
Ya, benar.

Kopi Kenangan dampaknya dalam 2 tahun pandemi seperti apa? Dan bagaimana proses kreatifnya untuk bertahan hingga saat ini memiliki cabang sampai 700?
Pada saat Covid-19 itu adalah krisis eksistensial terbesar yang pernah dialami dunia F&B. Hospitality juga bahkan, nggak cuma F&B saja. Karena kenapa, dulu banyak sekali orang lalu lalang di civil area gitu ya, di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, di mall, office. Tetapi karena pandemi, otomatis ngga ada orang lagi. Karena pergi ke mall dulu di tahun 2020 pertengahan 'hah kok nggak ada orang', apalagi ke office, nggak ada siapa-siapa disana. Makanya dari situ, kita melihat bahwa 'wah ini gimana ya, kita gimana caranya bisa bertahan kalau misalkan bisnis kita nggak ada orang yang ngelewatin toko kita?'

Tetapi setelah kita melihat data lebih lanjut, kita menyadari kalau customer kita tuh bukan menghilang, tetapi mereka tuh berpindah. Katakanlah mereka dulu bekerja, commute dari Bodetabek untuk masuk ke Jakarta Pusat, Jakarta Utara untuk bekerja. Otomatis mereka bakal stay di Bodetabek, di daerah residential, misalkan di BSD, atau mungkin Summarecon , dan lain sebagainya. Yang kita lakukan, kita akhirnya decide untuk keluar dari pandemi. Kita harus membuka toko di dekat customer kita. Karena customer kita tidak akan membeli kopi kalau itu terlalu jauh.

Meskipun saya suka banget Kopi Kenangan, Kopi Kenangan 10 km dari tempat saya, saya nggak akan beli kopi kenangan. Karena jauh, udah keburu ngantuk, udah keburu nggak konsen. Sementara kalau dia ada di 1-2 km atau bahkan 3 km, itu saya dengan senang hati beli Kopi Kenangan, beli 5 cup bahkan. Itulah kita melihat bahwa oh oke saatnya kita mencari dimana customer kita dan buka gerai disana. Dan ternyata strategi kita tersebut benar-benar membantu kita untuk keluar dari badai pandemi Covid-19. Toko-toko tersebut yang kita buka di saat pandemi malah menjadi toko-toko paling profitable di dalam ekosistem kopi kenangan.

Dalam 2 tahun pandemi, dari Maret 2020 sampai 2022 berapa pertumbuhan ritel Kopi Kenangan?
Jadi kita 2019 end the year dengan 226 toko, tetapi saya sih rada lupa exit 2020 dengan berapa toko. Tapi saat ini kita ada di 740 and counting. Setidaknya kita lebih dari triple dan seharusnya kita sampai quadruple pertumbuhan toko kita compare to sebelum pandemi.

Justru pertumbuhan paling besar di pandemi ya?
Benar. Kita menjadi nomor satu karena di pandemi. Kalo di Kopi Kenangan kita selalu bilang never waste a good crisis gitu. Karena kenapa, di dalam masa krisis itu saatnya kita menunjukkan kualitas kita sebagai company, di mana kita menunjukkan kalau kita resilience, kita tuh bisa, untuk immure badai pandemi covid 19 maupun badai-badai yang akan datang ke dalam perjalanan kita di masa depan.

Justru pada saat pandemi kita menjadi satu-satunya F&B retail brand dengan skala cukup besar yang menyatakan bahwa kita tidak akan PHK pegawai. Kita nambah sih ngga, kita tempati pegawai yang sudah ada ke toko lain. semisal dulu kita da 11 orang per toko, kita tempatkan jadi 7 orang per toko.

Tapi komitmen yang kita bawa adalah kita nggak mau PHK bahkan CEO dikasih Rp 1 juga nggak apa-apa. Karena kita percaya bahwa apabila pegawai kita merasa nyaman dan safe bekerja di Kopi Kenangan, maka otomatis customer pun akan menjadi comfortable untuk membeli dengan kita. Maka dari situlah Kopi Kenangan mempunyai motto untuk leading by heart karena kita percaya bahwa kita harus mempunyai empati supaya kita bisa serve our customer better.

Soal logo Kopi Kenangan sendiri, bagaimana bisa menentukan logo kopi yang seperti itu?
Awalnya nih, sejujurnya itu hati yang berdarah, karena kenangan mantan. Kenangan mantan tuh berdarah-darah. Sekarang kita rubah, grafiknya sih nggak se tragis dulu ya. Dulu kayak keliatan banget ini hati yang berdarah-darah. Sekarang jadi dripping heart, plesetan dari darah menjadi sesuatu yang dripping. Tanpa customer sadari itu ada perubahan logo.

Lanjut ke halaman berikutnya



Simak Video "Video: Kedai Kopi Mini Bernuansa Jepang di Kupang"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads