Kereta Bandara dan KRL Duri-Tangerang Rebutan Jalur

Kereta Bandara dan KRL Duri-Tangerang Rebutan Jalur

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Kamis, 05 Apr 2018 07:18 WIB
Kereta Bandara dan KRL Duri-Tangerang Rebutan Jalur
Kondisi di Stasiun Duri. Foto: Selfie Miftahul Jannah
Jakarta - Keberadaan kereta bandara di jalur KRL Tangerang-Duri membuat dampak besar terhadap jadwal rutin hingga kepadatan penumpang.

Stasiun Duri belakangan ini mendadak terkenal karena video eskalator horor yang menggambarkan kepadatan penumpang yang tidak wajar baik yang masuk maupun keluar dari Stasiun Duri.

Berikut berita lengkapnya:

Banyak yang menyalahkan keberadaan Kereta Bandara, karena jadwal kedatangan kereta jauh lebih lama dan menjadi sedikit. Sedangkan KA Bandara yang dikelola PT Railink terus menambah frekuensi.

Mengenai hal tersebut, Direktur Teknis dan Operasi PT Railink, Purwanto Handry Nugroho menjelaskan, semua skema perjalanan sudah diatur dan dikoordinasikan bersama PT Kereta Api Indonesia, dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).

"Ya nggak lah. Jadi semuanya itu sudah difasilitasi (koordinasi). Lah wong KAI KCI dan Railink kan satu grup nggak mungkin nggak saling koordinasi. Nggak mungkin," kata kata dia kepada detikFinance, Selasa (3/4/2018).

Pihaknya mengaku segala kebijakan yang diterapkan sudah memperhitungkan dampaknya ke masyarakat. Padahal, kata Purwanto saat ini KA Bandara belum ada di jadwal semestinya. Dari 50 perjalanan di awal keberadaannya saat ini KA Bandara terus menambah jumlah frekuensi menjadi 70.

Dirinya mengatakan target utama KA Bandara yaitu mencapai 124 kali perjalanan per hari. Hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan PT. KCI dan KAI untuk bertahap direalisasikan.

"Jadi dari awal railink itu punya 124 perjalanan/day. Sekarang aja melihat kondisi kami baru sekitar 70 perjalanan KA Bandara/day. Jadi bukan masalah itu. Bukan masalah kereta bandara. Dari awal saat rencana dan menyiapkan semua kami sudah persiapkan 124 jadwal kereta bandara. Ya kami justru melihat kesiapan infrastruktur gitu lho. Ya kan, ini kan disesuaikan kapasitasnya, ya justru kami ini KA bandara ini bersabar. Kami nggak menuntut semua dijalankan," papar dia.

Dirinya mengatakan realisasi akan 124 perjalanan KA Bandara per harj akan dilakukan secara bertahap. Pihaknya selalu berkerjasama dengan KAI dan KCI

"Ya tahap demi tahap. Jadi masyarakat ini perlu tahu. Kami selalu kerja sama dengan KCI dan KAI dalam hal ini ke depannya step by step-nya akan seperti apa dan demi kepentingan bersama. Ini nggak ada saling menyalahkan. Terus soal Tangerang, itu kan perannya juga sudah sama KCI untuk menampung penumpang ya kan.

Kalau semuanya harus naik ke atas sekarang kan nggak usah ke atas kan sudah ada cross utara dan selatan itu yang di bawah (untuk orang lintas jalur)," jelas dia.

Sementara itu mengenai perombakan persinyalan kata dia pihaknya sudah berupaya bahkan dengan menambah jalur kereta di Stasiun Duri. Dari yang hanya 4 jalur kali ini ada lima jalur.

"Masalah persinyalan itu kan di Duri itu mestinya 4 jalur jadi 5 jalur kan. Berarti kan bertambah. Ada modifikasi karena kan jadi lima jalur. KAI KCI Railink melayani masyarakat. Ya semua untuk masyarakat ya jangan menang-menangan. Itu kan berarti sinyalnya berubah kan. Coba nanti dipantau terus deh. Besok sudah nggak kayak minggu kemarin. Semua lancar, itu hanya ketika Senin itu sosialisasinya belum sampai jadi pada bingung masih ribet," papar dia.

Kondisi jalur KA Bandara saat ini hanya memiliki jalur baru dari Stasiun Batu Ceper ke Bandara Soekarno-Hatta. Sementara dari Stasiun Batu Ceper, Tanah Abang dan Sudirman masih masih menggunakan Jalur Kereta Rel Listrik (KRL).

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menjelaskan, permasalahan mengenai pembebasan lahan untuk jalur KA Bandara masih menjadi persoalan utama yang membuat pembangunan lintasan kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Alhasil, kereta Bandara akhirnya menggunakan lintasan eksisting atau lintasan yang sudah ada, yakni lintasan KRL.

"Kan persoalan mengenai pembebasan lahan itu bukan persoalan mudah di Indonesia, nah ada prasasti lah, kemudian dalam proses pembebasan lahan juga setiap rumah yang terambil lahannnya (sebagai proyek pembangunan) salah satu anggota keluarganya bisa masuk PT. KAI," papar dia kepada detikFinance, Rabu (4/4/2018).

Djoko menjelaskan, penyediaan kereta bandara dianggap semakin mendesak lantaran jalan akses yang tersedia yakni jalan dan jalan tol sudah terlalu padat sehingga tak lagi ideal untuk menghubungkan pusat Kota Jakarta dengan bandara terbesar di Indonesia tersebut

Dengan alasan tersebut, pengoperasian kereta bandara dilakukan saat ini meskipun jalur kuhusus Kereta Bandara Soekarno-Hatta belum maksimal tersedia. Menurut Djoko, bila penyediaan kereta bandara semakin lama ditunda dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin sulit mengakses bandara dari Jakarta.

"Kita kan pengin bangun Kereta Bandara itu kan sudah lama. Sudah 15 tahun yang lalu tapi nggak terwujud- wujud. Nah sampai akhirnya mereka bisa membangun Kereta Bandara tapi tidak full, tidak jalur utama dia mengambil sebagian dari Batu Ceper lah itu dia ambil itu pun prosesnya lama. Harusnya schadule-nya 2014 itu sudah operasi," papar dia.

Djoko menambahkan, melihat kondisi saat ini, maka perlu segera dibangun lintasan khusus keret Bandara Soekarno-Hatta dari Tanah Abang hingga stasiun Batu Ceper. Tujuannya agar keberadaan kereta bandara tidak mengganggu jadwal perjalanan KRL yang sifatnya sama-sama penting bagi masyarakat.

"KA Bandara perlu dibuat jalur sendiri, di jalur sisi itu. Terpisah untuk bandara jadi kalau saya lihat nanti terpisahnya itu, dari Tanah Abang," katanya.

Perlu ada jalur khusus untuk memfasilitasi pergerakan Kereta Api Bandara agar tidak mengganggu jadwal perjalanan KRL pada rute lintasan Duri-Tangerang, hal tersebut disampaikan Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno.

Solusi dari permasalahan inj kata Djoko, KA Bandara harus memiliki jalur khusus agar tidak mengganggu jadwal perjalanan yang lain.

"KA Bandara perlu dibuat jalur sendiri, di jalur sisi itu. Terpisah untuk bandara jadi kalau saya lihat nanti terpisahnya itu, dari Tanah Abang-Batuceper," katanya kepada detikFinance, Rabu (4/4/2018).

Sebagai informasi, belakangan Stasiun Duri mendadak terkenal karena video eskalator horor yang menggambarkan kepadatan penumpang baik yang masuk maupun keluar dari Stasiun Duri.

Dampak dari penambahan frekuensi KA Bandara dari 50 perjalanan menjadi 70 perjalanan diduga berdampak pada pengurangan frekuensi perjalanan rute Duri-Tangerang dari yang tadinya 90 perjalanan per hari menjadi 80 perjalanan per hari.

Dampak lain yang ditimbulkan dari keputusan tersebut berimbas pada bertambah lamanya waktu tunggu penumpang di sejumlah stasiun yang dilalui. Salah satunya seperti terjadi di Stasiun Duri.

KRL yang biasa datang setiap 20 menit sekali saat ini jadi 30 menit sekali karena adanya penyesuaian waktu perjalanan KRL dengan jadwal perjalanan Kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Djoko menjelaskan untuk mengantisipasi permasalahan kepadatan pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) harus segera menambah rangkaian angkutan penumpang.

"Kalau seperti ini kan paling nanti ya dia meningkatkan kapasitas rangkaian kereta dari delapan ditingkatkan menjadi 12. Baiknya untuk langkah dekat mereka melakuan penambahan rangkaian yang tadinya delapan jadi 12 gerbong untuk semuanya. Tapi baiknya dari Tanah abang ke batu ceper harus ada jalur sendiri," jelas dia.

Penambahan frekuensi Kereta Bandara akan berdampak pada berkurangnya frekuensi KRL rute Duri-Tangerang. Sebab, rel yang digunakan sama. Namun, pemerintah menjamin berkurangnya frekuensi KRL tak akan mengganggu perjalanan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, meski frekuensinya berkurang namun kapasitasnya tetap. Sebab, pengurangan frekuensi ini diganti dengan penambahan gerbong.

"Sebenarnya tidak mengganggu yang kita rencanakan memang akan mengurangi. Tapi kereta yang lain yang tadinya 10 menjadi 12 gerbong," ujar dia kepada detikFinance, di Bandung, Rabu (4/4/2018).

Dengan begitu, kata dia, kapasitas tidak berkurang. Lantaran, dengan gerbong yang ditambah, jumlah penumpang yang masuk semakin banyak.

"Kapasitasnya enggak berkurang. Dari jumlah sekian berkurang, disubstitusi dengan menambah gerbong," ujarnya.

Lebih lanjut, Budi Karya memastikan, operasional Kereta Bandara tak akan mengganggu operasional kereta lain.


"Saya diskusi KAI, saya pastikan Kereta Bandara enggak ganggu yang lain, dicapai dengan menambah jumlah gerbong," tutupnya.

Belakangan Stasiun Duri mendadak terkenal karena video eskalator horor yang menggambarkan kepadatan penumpang yang tidak wajar, baik yang masuk maupun keluar dari Stasiun Duri.

Dari pengalaman salah satu anak kereta atau 'anker' yang kerap menggunakan jurusan Duri-Tangerang pada saat akhir pekan Yohana Artha Ully, kondisi Stasiun Duri Selalu padat. Bahkan Yohanna mengaku selalu tidak kebagian kursi dari Stasiun Duri ke Tangerang.

"Kalau saya kan biasanya ke Duri itu weekend dan itu padat banget, antara Sabtu-Minggu pulang ke Tangerang itu pasti selalu lewat Duri.Kalau padat itu saya selalu berdiri gerak aja susah itu karena mungkin weekend. Buat gerak ya bisa sebenarnya tapi dempetan banget," kata dia kepada detikFinance, Rabu (4/4/2018).

Yohana yang selalu mengambil waktu pulang dan pergi ke Tangerang memilih waktu pagi atau sore hari. Suasana stasiun sebelum naik kereta pun padat, Yohana harus berdesakan untuk masuk ke gerbong-gerbong kereta bersama penumpang lainnya.

"Jadi kan kadang ada orang yang nunggu kereta selanjutnya karena nggak mau dempet-dempetan tapi saya mending maksain diri masuk karena malas nunggu lama lagi kalaupun ada sama saja padat," papar dia.

Yohana yang bisa datang ke stasiun Duri menuju stasiun Tanah Tinggi dengan menggunakan KRL harus berdiri dan berhimpitan dengan penumpang lainnya selama 45 menit.

"Ini weekend lho maksudnya, apalagi hari kerja. Padat banget, sebenarnya tahun lalu pernah coba naik dari Tanah Tinggi ke Duri di gerbong perempuan itu penuh banget. Saking penuhnya, jendela gerbong kereta harus dibuka supaya ada udara masuk (pengap)," kata dia.


Hide Ads