Prabowo Subianto menuding biaya pembangunan LRT di Indonesia terlampau mahal. Menurutnya, biaya pembangunan LRT di Indonesia jauh lebih mahal jika merujuk data informasi besaran biaya pembangunan LRT di dunia yang diketahuinya hanya US$ 8 juta dolar AS per kilometer (km).
"Coba bayangkan saja berapa mark up yang dilakukan pemerintah untuk 1 km pembangunan LRT. Jika 8 juta dolar itu saja udah mendapatkan untung, apalagi kalau 40 juta dolar," kata Prabowo.
Pemerintah pun menjawab tudingan tersebut. Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan statemen Prabowo mengenai biaya pembangunan LRT di Palembang di-mark up merupakan statemen tanpa data.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi juga membantah proyek LRT kemahalan. Penentuan biaya pembangunan LRT kata dia dilakukan secara teliti dan mendalam melalui kajian yang berlapis. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain, biaya pembangunan LRT di Indonesia lebih rendah.
"Saya tidak tahu persis ya kalau nggak salah ada pengurangan 10% dari penawaran kontraktor, setelah itu dievaluasi oleh konsultan dari internasional. Seperti dilaporkan, setelah dikomparasi, dibanding Malaysia dan Thailand, (biaya LRT) kita lebih rendah 5-10%," ujar dia.
Sementara itu, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan justru prihatin karen menurutnya Prabowo mendapat informasi yang kurang tepat.
"Kasihan Pak Prabowonya dapat informasi yang nggak pas. Kan sudah ada datanya," ujar dia.
Dia mengatakan, rata-rata proyek LRT per kilometer (km) Rp 400 miliar. Sementara, di negara lain mencapai Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun.
"Kalau kita itu rata-rata Rp 400-an miliar per km, di tempat lain ada Rp 600 miliar, ada yang sampai Rp 1 triliun tergantung kalau elevatedpasti lebih mahal, tinggi elevasinya berapa, murah mahal tergantung ini (tipe konstruksi) nya," jelasnya.